Entri Populer

Rabu, 30 September 2015

Review Market 30 September 2015

Kembali memasuki akhir bulan, saya tampilkan review yang lengkap versi member supaya para pembaca bisa mendapatkan gambaran review versi member dengan non member. Semoga berkenan.


REVIEW SAHAM

ADHI (Closing 2250   +0.2%)

ADHI berkonsolidasi. Indikator mengindikasikan penguatan. Indikasi overbought terlihat di Stochastic. Signal jangka panjang masih menjurus ke penguatan. Untuk sementara saya condong mempertahankan support 2130 dan resistance 2350. Untuk sementara bisa gunakan kedua level tersebut sebagai panduan transaksi.

ADRO (Closing 535   0%)

ADRO berkonsolidasi. Indikator mengindikasikan pelemahan. Signal jangka pendek masih menjurus ke pelemahan. Untuk sementara saya masi mempertahankan support 500 dan resistance 550. Untuk sementara saya condong dengan view pelemahan, jadi hati hatibila ADRO gagal menembus resistance 550.

ASII (Closing 5225  -1.4%)

ASII ditutup melemah. Indikator saat ini mix. Indikasi oversold terlihat di Stochastic dan berpotensi membentuk signal penguatan. Tekanan jual masih terlihat. Masih ada potensi ASII menguji support psikologis 5000. Signal oversold akan membatasi pelemahan ASII, namun masih sulit bagi ASII untuk menguat. Jadi bagi yang ingin entry lebih baik trading jangka pendek. Resistance sementara di 5475. 


ASRI (Closing 316   0%)

ASRI berkonsolidasi. Indikator signalnya mix. Indikasi oversold terlihat di Stochastic. Support sementara di area 300 dan resistance di 330. Bagi yang ingin entry tetap berhati hati.

BBRI (Closing 8650  +3.6%)

BBRI ditutup menguat. Indikator berpotensi membentuk signal penguatan. Indikasi oversold terlihat di Stochastic. Signal penguatan jangka pendek masih cukup bagus. Resistance sementara ada di area 8750. Penembusan level ini berpotensi membawa BBRI menguat ke area 9250-9300. Support akan saya pertahankan di 8000.

BBCA (Closing 12275  +3.2%)

BBCA ditutup menguat. Indikator mengindikasikan penguatan. BBCA menembus resistance 12000 dan berpotensi menguji resistance 12600. Resistance ini seharusnya cukup kuat, jadi bisa dipantau apakah resistance ini mampu ditembus atau tidak. Support sementara di area 11700.

BBNI (Closing 4135   +1.6%)

BBNI ditutup menguat. Indikator berpotensi membentuk signal penguatan. Indikasi oversold terlihat di Stochastic. Signal jangka pendek saat ini menjurus ke penguatan. Masih ada potensi BBNI untuk menguat. Resistance kuat ada di kisaran 4400 dan resistance kecil di 4150. Support akan saya pertahankan di 3700.

BMRI (Closing 7925   +1.9%)

BMRI ditutup menguat. Indikator mengindikasikan penguatan. Masih ada potensi BMRI untuk menguat dan menguji resistance 8150. Support sementara akan saya pertahankan di 7000. Untuk sementara bisa dipantau apakah resistance ini mampu ditembus atau tidak.

CPIN (Closing 2000  +4.7%)

CPIN ditutup menguat. Indikator berpotensi membentuk signal penguatan. CPIN menguji resistance 2000. Signal jangka pendek mulai menjurus ke penguatan. Support akan saya pertahankan di 1700 dan resistance di 2000. Untuk sementara bisa dipantau apakah resistance ini mampu ditembus atau tidak.

GGRM (Closing 42000   -1.8%)

GGRM ditutup melemah. Indikator membentuk signal penguatan. Saat ini support akan saya pertahankan di 40000 dan resistance di 45000. Untuk sementara bisa gunakan kedua level tersebut sebagai panduan transaksi.

ICBP (Closing 12400  +0.8%)


ICBP dibuka melemah menyentuh area 11900, lalu kembali menguat dituutp di 12400. Indikator mengindikasikan penguatan. Untuk sementara saya akan mempertahankan support 10900 dan resistance di 12700. Untuk sementara bisa gunakan level tersebut sebagai panduan transaksi.

INDF (Closing 5500  +1.9%)

INDF ditutup menguat. Indikator mengindikasikan penguatan. INDF menguji resistance 5500. Signal jangka pendek masih menjurus ke penguatan. Penembusan level 5500 berpotensi membawa INDF menguat ke area 6200. Jadi bisa pertimbangkan untuk entry bila resistance ini ditembus. Support sementara akan saya pertahankan di 5000.

INTP (Closing 16450  +0.9%)

INTP ditutup menguat. Indikator berpotensi membentuk signal penguatan. Indikasi oversold terlihat di Stochastic. Aksi beli mulai terlihat. Indikator jangka pendek sendiri masih kurang solid, namun menurut saya ada potensi saham ini untuk menguat. Resistance akan saya pertahankan di 18000. Support di 15500. Untuk aggressive entry bisa pertimbangkan level 16200.

JSMR (Closing 4825   0%)

JSMR berkonsolidasi. Indikator mengindikasikan pelemahan. Indikasi oversold terlihat di Stochastic. Signal jangka pendek masih menjurus ke pelemahan. Tekanan jual juga masih terlihat, meskipun kurang solid. Saat ini saya akan mempertahankan support di 4400 dan resistance di 5000.

KLBF (Closing 1375   -1.4%)

KLBF ditutup melemah. Indikator membentuk signal penguatan. Signal jangka pendek masih menjurus ke penguatan. Resistance akan saya pertahankan di 1450 dan support di 1250. Untuk sementara bisa gunakan kedua level tersebut sebagai panduan transaksi.

LSIP (Closing 1385   -2.1%)

LSIP dibuka menguat menguji resistance 1450, lalu kembali melemah ditutup di 1385. Indikator membentuk signal pelemahan. Indikasi overbought masih terlihat. Signal profit taking terlihat. Ada potensi LSIP untuk melanjutkan pelemahannya. Support sementara ada di area 1200. Bagi yang ingin entry tetap kontrol resiko.

PGAS (Closing 2530   -5.9%)

PGAS ditutup melemah. Indikator mengindikasikan pelemahan. PGAS berpotensi terus melemah dan menguji support 2470. Saat ini belum terlihat ada aksi beli yang kuat, jadi bagi yang ingin entry lebih baik dicicil. Resistance sementara di 3000.

PTBA (Closing 5625   +0.4%)

PTBA berkonsolidasi. Indikator mengindikasiakn penguatan. Aksi beli masih terlihat. Ada potensi PTBA untuk melanjutkan penguatannya. Support sementara masih saya pertahankan di 5500 dan resistance di 6500. Untuk sementara bisa gunakan kedua level tersebut sebagai panduan transaksi.

PTPP (Closing 3465   -0.3%)

PTPP berkonsolidasi. Indikator berpotensi membentuk signal penguatan. Belum terlihat ada signal yang solid. Untuk sementara support akan saya pertahankan di 3300 dan resistance di 3570. Untuk sementara bisa gunakan kedua level tersebut sebagia panduan transaksi.

SMGR (Closing 9050  -0.5%)

SMGR berkonsolidasi. Indikator mengindikasikan pelemahan. Signal pelemahan masih cukup solid. Resistance masih saya pertahankan di 9400 dan support akan saya gunakan di 8500. Bagi yang ingin entry tetap terapkan kontrol resiko.

SMRA (Closing 1120  -0.9%)

SMRA ditutup melemah. Indikator membuka potensi penguatan. Indikasi oversold terlihat di Stochastic. Signal jangka pendek masih cukup bagus. Masih ada potensi SMRA untuk menguat dan menguji resistance 1250. Support masih akan saya pertahankan di 1000. Untuk sementara bisa gunakan kedua level tersebut sebagai panduan transaksi.

TLKM (Closing 2645   +1.5)

TLKM ditutup menguat. Indikator berpotensi membentuk signal penguatan. Indikasi oversold terlihat di Stocahstic. Signal penguatan cukup bagus. Ada potensi TLKM untuk menguat dan menguji resistance 2700. Penguatan sendiri kemungkinan hanya sebatas teknikal rebound, Jadi bisa perhatikan apakah resistance ini mampu ditembus atau tidak. Support akan saya gunakan support psikologis di 2500.

UNTR (Closing 17475  +3.4%)

UNTR ditutup menguat. Indikator berpotensi membentuk signal penguatan. Resistance sementara di area 18000. Masih ada kemungkinan penguatan ini hanya sebatas teknikal rebound. Jadi bisa dipantau apakah level ini mampu ditembus atau tidak. Support akan saya pertahankan di support psikologis 15000.

UNVR (Closing 38000   +0%)

UNVR berkonsolidasi ditutup di 38000. Indikator mengindikasikan penguatan. Tekanan jual hari ini kembali membesar. Resistance masih saya pertahankan di 39000 dan support di 35000. Untuk sementara bisa gunakan kedua level tersebut sebagai panduan transaksi.

WIKA (Closing 2590   0%)

WIKA berkonsolidasi. Indikator signalnya mix. Belum terlihat ada signal yang solid. Saya akan mempertahankan support 2450 dan resistance 2770. Untuk sementara bisa gunakan kedua level tersebut sebagai panduan transaksi.


Hari ini IHSG menguat ditutup di 4223 (+1.1%)



IHSG kembali menguat dan berpotensi menguji resistance 4240-4270. Signal jangka pendek masih menjurus ke penguatan, namun ada potensi penguatan ini masih sebatas teknikal rebound. Support akan saya pertahankan di 4000. Untuk sementara bisa dipantau apakah IHSG mampu menembus resistance ini atau tidak.

Saham saham perbankan hari ini memunculkan signal beli yang cukup kuat. Namun sejauh ini baru BBCA yang mampu menembus resistance. Selain saham perbankan, saham INDF dan ICBP juga mempunyai signal beli yang kuat, namun masih belum menembus resistancenya. Bila resistance mampu ditembus, signal beli akan cukup bagus. Jadi bisa dipantau untuk potensi entry. Saham INTP hari ini mulai terlihat ada aksi beli. Mulai muncul sedikit indikasi penguatan dari Stochastic. Bila tidak membentuk new low akan menjadi potensi entry. Demikian juga saham PTBA yang selama 3 hari ini terus memunculkan signal beli. Menurut saya cukup layak untuk dipantau.

Dolar AS Perkasa Jelang Pidato Ketua Dan Wakil The Fed AS

Dolar AS berperforma cukup mantap di hari Rabu (30/09) sore ini menjelang laporan Nonfarm Payroll (NFP) AS untuk bulan September yang akan diumumkan Jumat malam mendatang.


Pasar juga masih menantikan pidato Ketua The Fed, Janet Yellen, di St. Louis malam nanti di hadapan komunitas penelitian perbankan dan konferensi kebijakan. Petunjuk tambahan juga ditawarkan oleh wakilnya, Stanley Fischer, yang juga akan menyampaikan pidato di hari yang sama dalam kesempatan dan acara yang berbeda, tepatnya di acara yang digelar oleh US apex bank di Boston.

Dolar Ungguli Yen Dan Euro

Dolar AS memetik perolehan terhadap Yen sore ini di tengah ekuitas pasar global yang mulai menunjukkan stabilitas menyusul penurunan tajam beberapa waktu lalu. Setali tiga uang dengan Euro, yang juga mengambil langkah mundir menjelang laporan inflasi Zona Euro sore ini.

USD/JPY melompat 0.29 persen ke angka 120.08, lepas dari level rendah malam tadi di kisaran 119.68. Ekuitas pasar Asia melambung tadi malam, pulih dari kelesuan yang terjadi dalam sesi-sesi sebelumnya yang terjadi akibat menyebarnya kekhawatiran akan perlambatan pertumbuhan ekonomi China. Kendati output industri Jepang dilaporkan menurun, Yen hanya menunjukkan sedikit reaksi atas laporan tersebut.

Dolar AS juga mengungguli mata uang common currency, dimana EUR/USD harus turun 0.21 persen ke angka 1.1225. Data CPI Zona Euro cukup dinantikan oleh para investor dengan ekspektasi konsensus yang memperkirakan akan flat, setelah angka positif 0.1 persen pada bulan Agustus. Siang tadi, inflasi tahunan Jerman dilaporkan melambat ke kisaran nol pada bulan September, diikuti oleh CPI Spanyol yang juga turun 0.9 persen, penurunan terbesar dalam tujuh bulan terakhir.

Senin, 21 September 2015

Analisa Mingguan Mata Uang Rupiah 21 - 25 September 2015

Rekap Kurs Rupiah Minggu Lalu

Keputusan Federal Reserve AS pada rapat FOMC 16-17 September 2015 untuk mempertahankan suku bunganya pada level yang sama dengan sebelumnya, memperpanjang ketidakpastian di pasar. Kurs Rupiah pekan lalu sempat merespon dengan penguatan dari 14,450an ke 14,350an. Namun demikian, mundurnya proyeksi kenaikan suku bunga the Fed ke bulan Desember membuat penguatan ini bersifat sementara saja.
Dalam pengumumannya, otoritas moneter AS menegaskan bahwa mereka masih akan memantau inflasi AS dan kondisi ekonomi global lebih lanjut sebelum memutuskan untuk menaikkan suku bunga. Segera setelah pengumuman tersebut dirilis, Dolar AS anjlok terhadap sejumlah mata uang mayor. Namun demikian, bursa saham dan mata uang tak menunjukkan respon signifikan atas kabar tersebut, termasuk juga Rupiah.
Setidaknya ada lima faktor yang menyebabkan Rupiah tetap terdepresiasi meski the Fed tidak menaikkan suku bunganya:
  1. Meski kecil, tetapi masih ada kemungkinan suku bunga Fed akan dinaikkan dalam tahun ini, yaitu antara bulan Oktober atau Desember. 
  2. Belum ada perkembangan positif dari masalah perlambatan ekonomi China. Perkembangan pasar Asia dan negara berkembang saat ini masih kurang kondusif.
  3. Arus penarikan dana asing dari Indonesia dinilai sudah terlalu besar, dan masih terus berlanjut. Menurut laporan Bloomberg, investor asing telah menjual saham Indonesia senilai 991juta Dolar dalam kuartal ini saja, nyaris menjadi net outflow terbesar dalam dua tahun.
  4. Bank Indonesia memiliki ruang yang sangat sempit untuk bertindak di tengah dilema perlambatan ekonomi nasional dan depresiasi Rupiah, serta persediaan devisa menipis. Putusan Bank Indonesia pekan lalu untuk membiarkan suku bunga tetap pada 7.5 persen merupakan salah satu indikasinya.
  5. Sebagian besar utang luar negeri sektor publik Indonesia adalah utang jangka panjang. Namun, sekitar 25 persen dari utang luar negeri sektor swasta adalah pinjaman jangka pendek. Di saat yang sama, sejumlah perusahaan di Indonesia akan terancam default jika depresiasi Rupiah berlanjut, akibat eksposur yang tinggi dan tak di-hedging.
Di sisi lain, murahnya Rupiah dinilai sejumlah pihak sebagai "kesempatan investasi". Morgan Stanley pekan lalu mencatat Rupiah sebagai salah satu mata uang negara berkembang paling atraktif. Sebagaimana dikutip oleh Strait Times, Jens Nystedt dari Morgan Stanley Investment Management mengatakan, defisit current account yang lebih sempit telah menempatkan Indonesia dalam posisi yang lebih kuat untuk bertahan dari capital outflow. Apalagi, Indonesia juga dicalonkan untuk keluar dari daftar Fragile Five. Analisa Morgan Stanley ini menggarisbawahi kondisi Rupiah yang sudah kelewat undervalued dibanding fundamentalnya.
 Fundamental Minggu Ini
Setelah riuh-rendah pekan lalu akibat antisipasi rapat FOMC the Fed Amerika Serikat, pekan ini pasar diperkirakan akan diramaikan oleh koreksi dan spekulasi. Dari dalam negeri, baik BPS maupun BI tidak menjadwalkan rilis data penting. Namun dari luar negeri, berita-berita terkait ekonomi AS dan Asia akan mewarnai aktivitas di pasar finansial. Diantaranya adalah pidato ketua FOMC, Janet Yellen; pidato anggota FOMC, Dennis Lockhart; dan rilis angka PMI Manufaktur Caixin China.
Hingga saat ini, fokus pasar internasional masih pada ketidakpastian seputar kenaikan suku bunga the Fed dan gonjang-ganjing ekonomi global yang berkaitan erat dengan perlambatan ekonomi China. Di tingkat domestik, pelaku pasar juga terpengaruh oleh bias-bias yang ditimbulkan isu-isu tersebut.

Prediksi Rupiah Pekan Ini

Setelah ditutup pada 14,370 per Dolar AS pekan lalu, kurs Rupiah bergerak melemah pagi ini, dan kembali bergerak mendekati 14,500 saat analisa ini ditulis. Dari perspektif teknikal, dalam pekan ini Rupiah diprediksi akan bergerak diantara 14,295-14,541 per Dolar AS.
grafik rupiah terhadap dollar

Dilihat dari gambar chart diatas, nampak ada potensi terbentuknya pola inverted head and shoulder (dalam lingkaran). Apabila pola itu terbentuk sempurna dan harga bergerak menembus puncak harga pekan lalu di 14,490, maka kurs Rupiah berpotensi melemah hingga menyentuh 14,541 per Dolar AS dalam beberapa hari mendatang. Sebaliknya, bila bounce ke arah bawah dari 14,490, maka ada peluang untuk bergerak mendekati 14,295.

Selasa, 15 September 2015

Apa Hubungan Kenaikan Fed Rate Buat Dolar?

Beberapa orang memantau the Fed karena mengharapkan kenaikan suku bunga bisa memicu reli Dolar. Sayangnya, sejumlah analisa level dasar mengindikasikan kalau Dolar tidak punya hubungan sedekat itu dengan siklus kenaikan suku bunga the Fed.
Menengok ke siklus kenaikan Fed rate sebelumnya di tahun 1987, 1994, 1999, dan 2004, dan inilah hasilnya:
1987: Dolar jatuh di beberapa bulan pertama setelah kenaikan suku bunga.
1994: Dolar bergerak sideways, sebelum kemudian bergerak dengan tren naik berkekuatan ringan.
1999: Dolar melanjutkan uptren ringan-nya yang sudah dimulai sejak sebelum the Fed mulai menaikkan suku bunga.
2004: Dolar jatuh seiring dengan the Fed memulai siklus kenaikan suku bunga-nya.
Anda bisa lihat dari penggambaran pada chart dibawah ini, yang menunjukkan indeks Dolar dan tingkan suku bunga AS. Chart dibawah ini sudah dinormalisasi untuk menunjukkan bagaimana keduanya bergerak bersama-sama.
Grafik

Jadi, apa artinya buat trader?
  • Jangan mengandalkan the Fed untuk menentukan arah pergerakan Dolar dalam beberapa bulan mendatang.
  • Ketika the Fed mulai menaikkan suku bunga, Dolar cenderung mengikuti tren dominan sebelumnya.
  • Tidak ada hubungan langsung antara the Fed menaikkan suku bunga dengan jatuhnya Dolar. Ketika Dolar lemah bertepatan dengan siklus kenaikan suku bunga the Fed, pelemahan itu (biasanya) sudah berlangsung selama beberapa waktu sebelumnya.
Karenanya, Brooks saat itu memproyeksikan reaksi yang kalem terhadap potensi kenaikan suku bunga the Fed dalam beberapa bulan ke depan.
Nah, pertanyaannya kali ini, kemana Dolar akan bergerak jika Fed rate naik?
Jika the Fed benar-benar menaikkan suku bunga September (yang mana hal ini masih belum tentu terjadi mengingat proyeksi yang diperhitungkan oleh pasar Fed Funds futures), sejarah mengatakan kepada kita agar tak berharap terlalu banyak pada reaksi Dolar. Namun demikian, karena Dolar telah mengalami reli uptrend mendekati event ini sejak pertengahan 2014, ada kemungkinan Dolar bakal reli sejalan dengan siklus kenaikan Fed rate, meski analisa menyebutkan bahwa ini bisa jadi tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh apakah the Fed sungguh menaikkan atau tidak.

Dunia Pasar Saham Menunggu Titah Janet Yellen

Hampir satu tahun lebih sejak The Fed memberikan sinyal untuk menaikkan suku bunga acuan, namun hingga detik ini tidak jua terjadi. Tinggal bulan September, Oktober dan Desember hingga akhirnya suku bunga acuan tetap pada level saat ini sampai dengan akhir tahun.  

grafik

Mengapa The Fed mempertahankan argumennya terkait level inflasi 2% yang dimana level tersebut lebih cocok untuk mulai menaikkan suku bunga-nya? The economist (13/09) menyikapi bahwa tingkat inflasi yang lebih tinggi adalah lebih kepada beban/biaya, (dalam kaidah ekonomi), - dibandinkan jika inflasi rendah. Ketika inflasi tinggi itu cukup ber-volatilitas dan karena beberapa harga lebih mudah ikut menyesuaikan dibanding inflasi yang rendah. Tingkat inflasi yang lebih tinggi dapat menghasilkan distorsi dalam ekonomi karena harga relatif melambung.
Namun inflasi yang rendah juga bukan tanpa resiko, perusahaan merasa cukup sulit untuk memotong upah dalam banyak kasus-seperti ketika serangan resesi. Tapi jika inflasi tinggi, maka biaya riil tenaga kerja bisa jatuh bahkan jika upah yang sebenarnya tidak (karena pekerja menjadi lebih murah dibandingkan dengan barang yang mereka produksi), sehingga perusahaan menghadapi sedikit tekanan untuk memecat pekerja di tengah tingkat penurunan. Selain itu, tingkat inflasi yang lebih rendah cukup sesuai jika ingin menurunkan suku bunga (karena kreditor menuntut premium inflasi saat pinjaman selama waktu yang cukup lama).
Ketika suku bunga sangat rendah, kenaikan suku bunga oleh bank sentral ataupun mungkin untuk mengurangi suku bunga, hal tersebut dilakukan untuk menangkis kelemahan ekonomi yang sedang terjadi. Sejak bank sentral tidak dapat dengan mudah menurunkan suku bunga mereka di bawah nol, inflasi yang rendah secara efektif meningkatkan kemungkinan bahwa bank sentral akan menjadi relatif tak berdaya dalam menghadapi resesi yang parah. Itulah mengapa saat ini The Fed cukup kesulitan dalam memutuskan kenaikan suku bunga-nya (karena melibatkan banyak variabel ekonomi dan multiplier effect yang terjadi).
Grafik

Sejak kejatuhan di bulan Agustus lalu, nampak IHSG mulai mengalami rebound, dan berhasil kembali ke level 4,500-an, namun sayangnya hal tersebut hanya berlangsung sesaat dikarenakan pada tanggal (31/08) biasanya market melakukan aksi window dressing dan terlihat IHSG kembali terakumulasi jual hingga ditutup di level 4,300-an hingga saat ini. sekilas cukup sulit mengharapkan IHSG kembali bangkit ke atas 4,500-an, paket kebijakan yang dirilis oleh pemerintah di awal bulan ini pun tidak sanggup membawa IHSG menembus level 4,400. Itu artinya IHSG sudah kehabisan tenaga dan sinyal-sinyal positif saat ini tidak mudah untuk langsung membawa indeks melaju kencang. Masalahnya apa? Ya tentu saja investor asing sudah menghitung ulang imbal hasil di Indonesia yang cukup rendah ditengah resiko premium CDS yang sudah naik di atas 200 poin, itu menandakan resiko default meninggi. Perlambatan ekonomi China dan bingungnya The Fed untuk menaikkan suku bunga juga menambah sentimen negative bagi investor global saat ini, alhasil yang terbaik saat ini adalah memegang cash.
Saya melihat ekonomi Indonesia akan sulit tumbuh di atas 5% tahun ini, rentang 4,5-4.8% adalah yang masuk akal. Perlambatan ekspor masih terlihat dan resiko meledaknya rupiah sedikit demi sedikit terlihat, yang dimana rupiah saat ini sudah menembus level 14,400/$. Resiko utang berbasis USD atau forex loss di perusahaan domestik patut diperhatikan, hal ini akan cukup menambah masalah karena rata-rata perusahaan telat melakukan hedging di level 14,000/$ ke atas.
Kenaikan suku bunga The Fed akan membawa IHSG kembali mendekati level 4,100 bahkan menembus level 4,000-an.
Infrastruktur
Grafik

Jika ada sektor yang masih bisa diharapkan tahun ini salah satunya dan mungkin satu-satunya adalah infrastruktur yang termasuk di dalamnya sektor konstruksi. Betapa tidak, pertumbuhan ekonomi di tahun-tahun sebelumnya selalu di dominasi oleh porsi konsumsi dan investasi, namun pada tahun ini porsi tersebut tengah melambat dan tergantikan oleh porsi belanja pemerintah, itupun sempat seret hingga semester I tahun ini. sedangkan pada  tahun depan anggaran bertambah dan dari beberapa daftar proyek yang sedang berjalan di tahun ini, progress terbaik di lalui oleh perbaikan irigasi dan waduk. Sedangkan tol dan pelabuhan masih jauh dari sempurna, jadi ini menjadi catatan penting pemerintah bahwa realisasi dari mega proyek listrik 35,000MW (mungkin) memang perlu dikaji ulang yang dimana asumsi tersebut kelewat optimis malah. Saya melihat infrastruktur bisa menjadi titik penting keberhasilan Indonesia dalam 10-15 tahun kedepan yang tentunya akan mengurangi high-cost di titik-titik penting perdagangan/transportasi. Jika ini bisa dilalui dan implementasi berjalan lancar dan doing business semakin membaik alhasil Indonesia akan mendapatkan benefit dari sisi capital inflow dan pada akhirnya dapat memperkuat devisa dan nilai tukar rupiah. Untuk itu saya menilai tahun ini sebagai tahun yang penting bagi sektor infrastruktur dalam pembuktiannya sebagai reformasi struktural secara menyeluruh.
Sektor Industri Indonesia Melambat
Grafik di bawah ini sebetulnya bisa sedikit menggambarkan sisi supply ekonomi Indonesia yang tengah dihadapi saat ini, terlihat indeks produksi Indonesia di bulan Juli melemah sebesar 2.86% artinya perusahaan sedang mengalami perlambatan permintaan di tengah melemahnya konsumsi masyarakat. Industrial production Indonesia turun 2.86% di bulan Juli dari sebelumnya berada di level 3.5% (bertumbuh). Tentu ini menjadi hint bagi kinerja emiten-emiten di Indonesia yang akan mengalami penurunan pendapatan di tahun ini.
Grafik
Baik sektor industri dasar, aneka industri, manufaktur, pertambangan dan kelapa sawit kesemuanya mengalami kinerja yang negatif, dimulai dari penurunan harga komoditas, kebijakan minerba yang memukul produsen sampai rugi valas yang di derita oleh emiten mengharuskan perusahaan merevisi target di tahun ini. Perlambatan ini masih akan berjalan setidaknya hingga pertengahan tahun depan, hingga sinyal perbaikan ekonomi di wilayah regional dan global menunjukkan pemulihan.







Minggu, 13 September 2015

Rekap Data 14-18 September 2015 : Peluang Kenaikan Suku Bunga The Fed


Fokus perhatian pasar minggu ini akan tertuju pada hasil FOMC meeting Jum’at dini hari mendatang dimana akan diumumkan suku bunga The Fed, proyeksi ekonomi AS untuk 2 tahun mendatang dan konperensi pers ketua The Fed Janet Yellen. Jadi atau tidaknya The Fed menaikkan suku bunga akan tetap berdampak signifikan tidak hanya pada pasar forex tetapi juga pasar saham dunia, komoditi dan pasar bond / obligasi. 


Sementara ini ada 3 perkiraan, pertama The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 0.25% menjadi 0.50%, kedua kenaikan suku bunga ditunda hingga meeting bulan Desember mendatang, dan perkiraan terakhir kenaikan suku bunga tidak dalam tahun ini tetapi pada kwartal pertama tahun depan. Ada juga perkiraan The Fed kali ini hanya akan menaikkan suku bunganya sebesar 0.125%. Namun apapun yang akan terjadi, ketidak-pastian akan kenaikan suku bunga tersebut telah menyebabkan greenback melemah terhadap semua mata uang utama minggu lalu kecuali terhadap Yen karena spekulasi akan kenaikan stimulus BoJ.

www.tehnical-and-fundamentalanalysis.blogspot.com
klik untuk memperbesar

Secara umum peluang kenaikan suku bunga The Fed masih fifty-fifty. Pendapat yang mendukung kenaikan suku bunga didasarkan pada membaiknya perekonomian domestik AS terutama data tenaga kerja dan pertumbuhan (GDP), sehingga tingkat suku bunga rendah saat ini dianggap tidak lagi memadai. Perubahan suku bunga biasanya bersifat lagging terhadap perekonomian sehingga sekarang adalah saat yang tepat untuk memulai kenaikan, terutama karena The Fed ingin kenaikan yang bertahap. Disamping itu dengan memulai kenaikan suku bunga akan memperbesar kepercayaan investor dan mengakhiri ketidak-pastian di pasar.

Sementara pendapat yang kontra mengemukakan masih rendahnya inflasi tahunan AS dan perlambatan ekonomi China yang bisa memicu perlambatan ekonomi global, sehingga akan lebih bijak jika The Fed menunggu dan menunda kenaikan suku bunga. Kepastian The Fed sulit diperkirakan karena didalam FOMC sendiri ada anggota yang pro dan ada yang kontra, disamping itu sehari sebelum meeting baru akan dirilis data inflasi tahunan untuk bulan Agustus yang diperkirakan akan kembali naik 0.2% (CPI total y/y) dan 1.9% (CPI inti y/y). Jika pada meeting bulan ini The Fed tidak jadi menaikkan suku bunga tetapi Janet Yellen memberi isyarat akan kenaikan pada bulan Desember mendatang maka akan berdampak positif terhadap USD.

Selain FOMC meeting, data dan peristiwa penting minggu ini adalah CPI dan Retail Sales Inggris, suku bunga Libor SNB, indeks ZEW Jerman, suku bunga BoJ, konperensi pers dan pidato Kuroda, Jobless Claims dan tingkat pengangguran Inggris, Retail Sales AS, indeks GDT dan GDP Selandia Baru, notulen meeting RBA dan BoJ, CPI Canada, data perumahan AS dan pidato Glenn Stevens.

Senin, 14 September 2015 :
Jam 14:15 WIB: data Producer Price Index (PPI) Swiss bulan Agustus 2015
Jam 14:15 WIB: data Retail Sales Swiss bulan Juli 2015
Jam 16:00 WIB: data Industrial Production kawasan Euro bulan Juli 2015

Selasa, 15 September 2015 :
Waktu tentative: pengumuman suku bunga Bank of Japan (BoJ) dan Monetary Policy Statement
Waktu tentative: konperensi pers BoJ yang dihadiri gubernur Haruhiko Kuroda
Jam 08:30 WIB: notulen meeting Reserve Bank of Australia (RBA) tanggal 1 September 2015
Jam 15:30 WIB: data Consumer Price Index (CPI) dan PPI Inggris bulan Agustus 2015
Jam 16:00 WIB: indeks ZEW Economic Sentiment Jerman dan kawasan Euro bulan September 2015
Jam 16:00 WIB: data neraca perdagangan kawasan Euro bulan Juli 2015
Jam 19:30 WIB
: data Retail Sales AS bulan Agustus 2015
Jam 20:15 WIB: data Industrial Production AS bulan Agustus 2015

Rabu, 16 September 2015 :
Waktu tentative: indeks harga Global Dairy Trade (GDT) (berdampak tinggi pada NZD)
Jam 05:45 WIB: data Current Account Selandia Baru kwartal ke 2 t1hun 2015
Jam 15:30 WIB: data Jobless Claims Inggris bulan Agustus 2015
Jam 15:30 WIB: data tingkat pengangguran Inggris bulan Juli 2015
Jam 15:30 WIB: indeks pendapatan rata-rata di Inggris bulan Juli 2015 (3m/y)
Jam 16:00 WIB: data CPI kawasan Euro bulan Agustus 2015 (Final)
Jam 19:30 WIB: data CPI AS bulan Agustus 2015
Jam 19:30 WIB: data Manufacturing Sales Canada bulan Juli 2015

Kamis, 17 September 2015 :
Jam 05:45 WIB: data Gross Domestic Product (GDP) Selandia Baru kwartal ke 2 tahun 2015
Jam 06:50 WIB: data neraca perdagangan Jepang bulan Agustus 2015
Jam 13:35 WIB: pidato gubernur BoJ Haruhiko Kuroda di Tokyo
Jam 14:30 WIB
: pengumuman Libor Rate atau suku bunga SNB bulan September 2015 dan Monetary Policy Assessment
Jam 15:30 WIB: data Retail Sales Inggris bulan Agustus 2015
Jam 19:30 WIB
: data Building Permits dan Housing Starts AS bulan Agustus 2015
Jam 19:30 WIB: data Jobless Claims AS per 12 September 2015
Jam 21:00 WIB: indeks Philly Fed Manufacturing AS bulan September 2015

Jum’at, 18 September 2015 :
Jam 01:00 WIB
: hasil FOMC meeting: 1. pengumuman suku bunga The Fed  2. Statement FOMC  3. Proyeksi ekonomi AS
Jam 01:30 WIB: konperensi pers FOMC yang dihadiri ketua The Fed Janet Yellen
Jam 06:30 WIB: pidato gubernur RBA Glenn Stevens
Jam 06:50 WIB: notulen meeting BoJ tanggal 6-7 Agustus 2015
Jam 15:00 WIB: data Current Account kawasan Euro bulan Juli 2015
Jam 19:30 WIB
: data CPI Canada bulan Agustus 2015.

Kamis, 10 September 2015

IHSG Diantara Yuan, The Fed Dan Rupiah

Apa yang terjadi pada ekonomi dan pasar saham Indonesia kemarin? Benarkah ini baru awal dari krisis yang akan semakin dalam? Atau kepanikan investor yang kelewat batas dan menyebabkan Black Monday (14/09)?
Kejadian ini merupakan buntut dari kebijakan bank sentral China yang melakukan devaluasi terhadap mata uang China dan menyebabkan ketidakstabilan mata uang dunia yang dimana memberikan ketidakpastian mengenai arah ekonomi global. Ketika terjadi perang mata uang, terutama oleh Yuan vs USD, dimana hal ini juga menjadi salah satu pertanyaan dari China apakah mata uang mereka akan dimasukkan ke dalam sistem devisa internasional atau SDR? Ketidakpastian mengenai safe haven pun muncul, kemudian membuat The Fed kesulitan untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk menaikkan suku bunga acuan-nya, efek ini yang menjalar pada sebagian besar pasar modal global karena ketika ada kenaikan suku bunga maka otomatis pasar saham akan turun sesuai kaidah-nya.
Timeline Kejatuhan Pasar Saham China dari Waktu ke Waktu
www.tehnical-and-fundamentalanalysis.blogspot.com

Seketika pasar saham China crash! dan kemudian ada injeksi yang besar di pasar modal China, di mana pemerintah telah memberikan stimulus setidaknya 1 triliun yuan untuk membeli saham dalam rangka untuk menstabilkan pasar modal - hanya untuk melihat harga tidak terjun lebih dalam. 
Lalu apakah ini menjadi awal dari krisis di pasar modal China? Majalah The Economist, melihat-nya tidak. Meskipun perekonomian menghadapi masalah serius, kekacauan keuangan yang menyesatkan. Pasar saham China telah lama diejek sebagai kasino, dan untuk alasan yang baik, bursa relatif kecil dibandingkan perekonomian, dengan nilai yang diperdagangkan hanya sepertiga dari PDB, dibandingkan dengan lebih dari 100% di negara maju. Saham dan fundamental ekonomi memiliki banyak kesamaan. Ketika harga saham naik hampir tiga kali lipat di tahun ini hingga Juni, mereka tidak lebih mencerminkan peningkatan yang menakjubkan dalam prospek pertumbuhan China dan kemudian itulah awal dari penurunan pasar saham yang tiba-tiba.
Kejatuhan Rupiah dan Ringgit
Ringgit dan Rupiah seakan berlomba dalam mencapai pelemahan tertinggi terhadap USD, jatuh masing-masing 10.5% dan 14%  terendah sejak krisis Asia 1997. Ketika ekonomi Asia mencapai titik nadir, apakah ini menjadi sinyal yang jelas untuk krisis selanjutnya?
Beberapa artikel dan ahli ekonomi dunia memproyesikan-nya tidak, Untuk membahas-nya, kita tidak hanya melihat dari penurunan nilai mata uang secara keseluruhan, tetapi pada kecepatan jatuh nilai mata uang tersebut. Ringgit dan rupiah telah jatuh terus selama delapan bulan terakhir. Antara 11 Juli 1997 dan 22 Januari 1998, sebaliknya, baht dan rupiah jatuh lebih keras dan lebih cepat: 38%, 51% dan 80%. Ketika Thailand membiarkan baht mengambang terhadap dolar, itu turun 15-20% dalam satu hari. Mata uang berada di bawah serangan spekulatif. Sedangkan suku bunga domestik yang tinggi telah mendorong perusahaan untuk mencari pembiayaan luar negeri, dan digunakan sebagai utang jangka pendek untuk investasi yang berisiko; ketika mata uang lokal anjlok mereka menghadapi pembayaran utang-layanan besar. Modal asing mengalir keluar dari negara-negara ini.
Saat ini mesti diakui kondisi fundamental ekonomi Indonesia masih lebih baik jika dibandingkan dengan yang terjadi pasca 1997 lalu, namun kita tidak bisa dikatakan imun. Panik karena krisis mungkin semakin menjadi karena harga komoditas mencapai nilai terendahnya, pemasukan dari sisi ini jelas nihil bagi negara yang mengutamakan basis komoditas, ekonomi China melambat dan ancaman kenaikan suku bunga The Fed. Jadi menurut saya krisis tidak akan datang secepat itu, membutuhkan waktu namun perlahan tapi pasti, yaa dimulai dari permintaan ekspor global yang terus turun dan devaluasi Yuan, itu tanda nyata ekonomi global sedang bergejolak.
Paket Kebijakan Ekonomi Fiskal + Moneter
Pemerintah bergerak cepat dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) terkait kemudahan berinvestasi dan pengetatan transaksi valas di dalam negri. Adapun enam kebijakan yang diusulkan adalah tax allowance untuk perusahaan yang mampu melakukan reinvestasi dengan hasil dividen, kebijakan bea masuk anti-dumping sementara, dan bea masuk tindak pengamanan sementara terhadap produk impor yang unfair trade. Kemudian, pemerintah memberikan bebas visa kunjungan singkat terhadap wisatawan dari beberapa negara, kewajiban penggunaan biofuel hingga 15% agar mengurangi impor solar, penerapan letter of credit untuk produk sumber daya alam, dan restrukturisasi perusahaan reasuransi domestik.
www.tehnical-and-fundamentalanalysis.blogspot.com

Saya melihat kesemua-nya itu TIDAK akan berpengaruh dalam jangka pendek melainkan dalam jangka panjang. Problem terbesar saat ini yang dialami oleh Indonesia ialah sulit-nya pemerintah menetapakan kebijakan terpadu antar otoritas ekonomi akibat ‘high-cost corruption’  kemudian lemahnya daya saing produk serta daya beli masyarakat juga menambah permasalahaan yang saat ini ada.
Perencanaan stabilitas harga kebutuhan pokok domestik salah satunya ialah agar tingkat inflasi bisa dikendalikan, resiko dari pelemahan rupiah yang saat ini terjadi ialah imported inflation (kenaikan harga barang-barang impor). Kelangkaan daging sapi, ayam, dll tentunya membuat harga kebutuhan pokok meningkat ditambah siklus kemarau, jika sudah begini alhasil inflasi akan terkerek naik dan peluang suku bunga turun jelas sulit.
Di sisi lain. acuan utama basis ekspor melalui hasil SDA mentah berbasis komoditas sudah saat-nya di tinggalkan, lemahnya pendapatan jasa ditambah sistem kurs yang saat ini berlaku adalah cost yang harus dibayar – selama Indonesia masih berkutat dengan hasil olahan yang minim value tambahan dan tidak memperbaiki daya saing baik produk dan SDM maka semakin lama pula Indonesia akan terjebak dalam tekanan ekonomi dunia.
Proyeksi IHSG Kedepan
Grafik Teknikal IHSG
www.tehnical-and-fundamentalanalysis.blogspot.com

Jika kita menggunakan simple moving average (SMA) 300 hari kejatuhan IHSG sebesar 7.3% dalam 3(tiga) hari telah membuat nilai teknikal side IHSG ikut menyamai kejadian ketika tahun 2008 lalu ketika terjun bebas hampir 60%, dari Feb-Nov 08. Maka didapatkan nilai support kuat IHSG sebesar 4,181. Kejadian tahun 2008 murni disebabkan oleh pailitnya Lehman Brother (investment management) di AS, dan kemudian menjalar pada kemunduruan ekonomi AS secara keseluruhan, namun untuk saat ini, paradigma krisis masih diraba-raba, asal mula dan seberapa hebat efek yang ditimbulkannya. Boleh lah kita menilai kejatuhan sebesar 7.3% karena investor global panik dan rusuh dalam menjual portfolio saham-nya. Namun yang sebenarnya terjadi kemunculan krisis semakin terang dan dalam hal ini pasar modal kita berusaha untuk memulihkan atau bahkan mengikis peluang keuntungan yang akan diraih. Sejauh ini saya menilai IHSG (masih) akan ada tekanan jual, selagi rumor suku bunga AS yang terus bergulir dan fundamental ekonomi Indonesia yang rentan, tentu masih akan ada resiko penurunan lanjutan yang terjadi. Atas dasar ini saya memprediksi IHSG akan terkoreksi medio Sep-Okt, dengan kenaikan di bulan November dan konsolidasi di akhir tahun, itu bisa terjadi jika China tidak melakukan tindakan di luar batas dan sudah memperhitungkan kenaikan suku bunga The Fed serta gelontoran dana hasil belanja pemerintah pusat untuk infrastruktur, support kuat IHSG di level 4,181 dan berharap ada bonus di level 4,900-an hingga akhir tahun.  

Klaim Tunjangan Turun Tipis, The Fed Siap Naikan Suku Bunga Jangka Pendek

Jumlah orang yang mengajukan tunjangan pengangguran untuk pertama kalinya turun tipis ke 275.000, memukul prediksi pasar. Angka ini sedikit lebih rendah dari 281.000 klaim diajukan seminggu sebelumnya, yang telah menjadi angka tertinggi dalam tujuh minggu bahkan setelah revisi turun dari 1.000, demikian departemen Tenaga Kerja AS melaporkan, Kamis (10/09/2015).

Sebagaimana diketahui, klaim pengangguran telah berada di bawah level 300,000 selama 6 bulan terakhir, yang mana dikatakan analis sejalan dengan trend pemulihan pasar tenaga kerja seiring tingkat permintaan yang stabil membuat perusahaan-perusahaan mempertahankan pekerjanya. Terlebih, setelah laporan hari Rabu lalu menunjukkan jumlah lapangan kerja yang terbuka di bulan Juli mencapai rekor tinggi, yang berarti para pengangguran dapat memiliki kesempatan yang lebih baik untuk mendapatkan kerja.

Sementara The Fed mengatakan siap untuk memulai menaikkan suku bunga jangka pendek setelah pasar tenaga kerja melihat beberapa kemajuan tambahan. Dengan tingkat pengangguran jatuh ke terendah baru pasca resesi dan klaim tunjangan terus mengisyaratkan penghapusan lebih lanjut dalam beberapa pekan terakhir, dan The Fed akan mengeluarkan kebijakan terbaru yang akan dibahas dipertemuan pekan depan.
Disisi lain, lonjakan volatilitas pasar keuangan yang terlihat sejak pertengahan Agustus tidak memiliki dampak berarti pada beberapa data AS, yang mana dengan ini diharapkan dapat membantu mengurangi beberapa kekhawatiran pejabat The Fed akhir-akhir ini.

Selasa, 08 September 2015

Melambatnya Prospek Ekonomi Asia Terus Menekan Harga Minyak

Harga minyak dunia masih terus melemah akibat prospek ekonomi Asia semakin memburuk. Kerjasama antara negara-negara penghasil minyak untuk mengekang kelebihan pasokan tampaknya juga tidak mungkin terjadi.


Perekonomian Jepang menyusut 1.2 persen dalam laporan tahunan periode April-Juni meskipun sedang berlangsung langkah-langkah dari pemerintah dan Bank Sentral untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Impor minyak mentah China juga turun 13.4 persen di bulan Agustus menjadi 26.59 juta ton (6.29 juta barel per hari) dari bulan sebelumnya, walaupun permintaan cenderung begitu kuat.
WTI diperdangangkan pada 44.31 Dolar AS per barel, turun USD 1.74 sejak penutupan Jumat (04/09) lalu, terbebani oleh unit destilasi minyak mentah terbesar Exxon Mobil yang pada 502,500 barel per hari di Baton Rouge, Luosiana. Kemarin pasar AS libur untuk memperingati hari buruh. Minyak Brent tak terpengaruh penutupan penyulingan, meningkat 15 sen menjadi 47.78 barel, walaupun patokan minyak global tersebut masih lebih rendah 1.49 Dolar AS dari harga pembukaan hari Senin.
Igor Sechin, kepala eksekutif Rostnef mengatakan bahwa perlambatan di Asia "memiliki karakter terkendali" disebabkan oleh pengetatan pasar real estate China, tidak seperti ketika krisis 97/98 sebagian besar negara-negara Asia sekarang memiliki cadangan uang yang signifikan. Sechin juga berkata dia memprediksi permintaan China akan terus meningkat dalam jangka panjang, "Dalam 15 tahun, berdasarkan estimasi kita, China akan mengonsumsi 850 juta ton minyak, 350 juta ton lebih banyak dari sekarang."
Namun dalam jangka pendek, membanjirnya pasokan global masih mendominasi pasar minyak. Morgan Stanley mengatakan bahwa perkiraan harga masih akan bertahan dalam level rendah hingga tingginya produksi global akan berkurang pada kuartal keempat 2016. "Untuk sementara, faktor non-fundamental dan headline kemungkinan akan tetap menjadi poros penggerak harga yang utama," kata bank tersebut. Harga minyak dunia telah jatuh lebih dari 60 persen sejak Juni 2014 didorong oleh melimpahnya pasokan global.
Sechin menyetop spekulasi yang belakangan menyatakan bahwa Rusia mungkin bekerja sama dengan OPEC untuk menekan produksi dalam rangka menyokong harga, dengan menyatakan bahwa tidak seperti di timur tengah, Rusia tidak bisa dengan mudah memangkas produksi minyaknya karena perusahaan minyak Rusia memiliki mitra luar negeri yang kuat dengan tanggung jawab kepada pemegang saham dan bukan pemerintah. Seperti diketahui, produksi minyak OPEC mendekati rekor tertinggi untuk menekan kompetitor, terutama pengeboran minyak shale AS, yang sejauh ini meski harganya jatuh produksi minyak terus berlanjut.

Analisa Rupiah 8 - 11 September 2015

Rekap Kurs Rupiah Minggu Lalu

Meleset dari prediksi sebelumnya, kurs Rupiah sempat menyentuh 14,369 per Dolar AS di pasar uang pada hari Kamis pekan lalu menjelang rilis data Nonfarm Payrolls Amerika Serikat yang menjadi salah satu indikasi bagi kenaikan suku bunga the Fed. Bukannya berkonsolidasi, kurs Rupiah malah makin mantap menembus ambang 14,300. Setelah dibuka melemah pada 14,035, nilai tukar mata uang berlambang Garuda ini ditutup pada 14,147 per Dolar AS di hari Jumat.

  • Inflasi Rendah, Ketenagakerjaan Memprihatinkan
Sebelumnya, pada hari Selasa Markit/Nikkei melaporkan kondisi iklim bisnis manufaktur masih tertekan dan BPS mengumumkan laju inflasi sedikit melambat. Indeks PMI Manufaktur Indonesia bulan Agustus meningkat dari 47.30 pada bulan Juli menjadi 48.40. Meski begitu, angka PMI masih dibawah ambang 50 yang berarti sektor manufaktur Indonesia masih kontraksi dengan rendahnya aktivitas produksi masih maraknya pemecatan kerja. 


Laporan PMI Manufaktur Markit/Nikkei juga mengungkap kondisi dimana biaya produksi masih terus tinggi akibat depresiasi Rupiah, tetapi para produsen tidak bisa mengoper kenaikan biaya ke konsumen akibat lemahnya permintaan domestik dan luar negeri. Kondisi tersebut secara tidak langsung dikonfirmasi oleh data inflasi Agustus yang malah melambat, yaitu selip dari 7.26 persen menjadi 7.18 persen (yoy), atau dari 0.93 persen menjadi 0.39 persen (MoM).

Fenomena itu merupakan konfirmasi pertama dari kekhawatiran kami terdahulu mengenai indikasi kalau perlambatan laju inflasi merupakan efek samping dari memburuknya sektor ketenagakerjaan. Di satu sisi, upah riil rendah akibat kenaikan gaji tahun ini yang diiringi dengan naiknya harga-harga barang konsumsi, bahan bakar, dan listrik. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan cenderung melakukan efisiensi dengan memecat karyawan karena biaya produksi meningkat setelah depresiasi Rupiah terjadi ketika permintaan domestik dan luar negeri merosot. Rendahnya upah riil dan pemecatan karyawan membuat pasar tenaga kerja makin longgar dan daya beli masyarakat makin rendah, sehingga perusahaan-perusahaan makin tidak bisa menaikkan harga di tingkat konsumen. Pada akhirnya ini berpotensi menjadi lingkaran setan dimana laju inflasi tertahan tetapi banyak orang gagal mendapatkan pekerjaan. Kita akan menunggu konfirmasi berikutnya dari data PMI dan Inflasi yang akan dirilis pada awal Oktober untuk mengetahui apakah situasi ini hanya berlangsung sementara ataukah berpotensi menjadi penyakit jangka panjang bagi negeri ini.

  • Kenaikan Fed Rate Belum Tentu, Negara Berkembang Jadi Korban
Ketidakpastian berkepanjangan terkait kenaikan suku bunga the Fed dan perlambatan ekonomi China membuat investor cenderung menghindari negara-negara berkembang. Salah satu yang menjadi "korban" dari aksi penghindaran risiko ini adalah Indonesia.
Dalam sebuah ulasan data dari Moody's di CNBC kemarin, diulas bahwa pertumbuhan Foreign Direct Investment (FDI) Indonesia makin lesu dari waktu ke waktu. Saat ini, aliran FDI masuk ke Indonesia hanya 2.1 persen dari total GDP, dan bahkan masih lebih rendah dibanding Malaysia dan Thailand dimana FDI lebih dari 3 persen GDP mereka.
FDI Indonesia
Lambatnya pertumbuhan Indonesia akibat suku bunga tinggi dan pembangunan infrastruktur lambat juga mengakibatkan iklim investasi di Indonesia kurang menyenangkan dan kepercayaan pada Rupiah berkurang. Akibatnya, kurs Rupiah makin terdepresiasi.

Fundamental Minggu Ini

Awal pekan ini (7/9), kurs Rupiah dibuka flat pada 14,147 per Dolar AS, di tengah penantian pasar akan keputusan the Fed AS pasca rapat tanggal 16-17 September 2015. Pernyataan penting yang dirilis pekan depan tersebut diperkirakan akan berdampak besar terhadap harga aset-aset finansial dunia, harga komoditas, dan nilai tukar mata uang-mata uang lainnya. Kurs Rupiah pun akan terimbas sejalan dengan proyeksi dinaikkannya suku bunga oleh otoritas moneter Amerika Serikat itu.

Prediksi Rupiah Pekan Ini

Dalam pekan ini, tidak banyak data berdampak besar yang akan dirilis. Disandingkan dengan status pasar yang masih menantikan putusan the Fed, maka volatilitas kemungkinan akan terbatas. Kurs Rupiah diharapkan akan diperdagangkan dalam area yang sama dengan pekan lalu pada kisaran 13,979-14,369 per Dolar AS.
USDIDR
Chart USD/IDR yang menunjukkan pergerakan dalam lima hari terakhir dengan SMA-20, SMA-60, SMA-100, dan MACD

(Klik gambar untuk memperbesar)

Bank Indonesia kemungkinan akan melakukan intervensi lagi, tetapi kurs Rupiah nampaknya masih bersikeras bergerak di kisaran 14,000an. Faktor kunci disini masih antisipasi pasar akan suku bunga the Fed. Bila dalam pekan ini muncul konfirmasi tertentu yang condong pada kenaikan suku bunga the Fed, berita itu bisa menyeret Rupiah mendekati 15,000. Sebaliknya, jika kelihatannya the Fed tidak akan menaikkan bunga dalam bulan ini, kurs Rupiah punya potensi menguat.

Senin, 07 September 2015

Rekap Data Fundamental 7-11 September 2015

Minggu lalu USD kembali menguat terhadap semua mata uang utama kecuali terhadap JPY. GBP melemah setelah data Manufacturing dan Services PMI dibawah perkiraan, dan EUR yang berpeluang menguat akhirnya anjlok setelah hasil meeting ECB yang diumumkan ternyata dovish. Bertepatan dengan hari ulang tahunnya yang ke 68, presiden ECB Mario Draghi memberi hadiah beberapa kebijakan yang menyebabkan mata uang tunggal Eropa itu terjungkal. Disamping menaikkan limit pembelian bond dari 25% ke 33%, Draghi dan kawan-kawan juga berniat memperpanjang waktuquantitative easing (QE) hingga lewat dari September 2016 seperti yang direncanakan sebelumnya. QE akan terus digenjot hingga ada perbaikan angka inflasi. 

Selain itu ECB juga menurunkan angka pertumbuhan Eurozone dari sebelumnya +1.5% ke +1.4% hingga akhir tahun ini dan +1.7% pada tahun 2016, sementara inflasi tahunan turun ke +0.1% pada tahun ini dan +1.1% pada 2016. Revisi tersebut terutama disebabkan oleh berkurangnya permintaan dari luar Eropa, perlambatan ekonomi China dan merosotnya harga minyak dunia. Dengan minimnya rilis data fundamental kawasan Euro minggu ini, EUR diperkirakan masih akan cenderung tertekan.

www.tehnical-and-fundamentalanalysis.blogspot.com

Dari AS, turunnya Non Farm Payrolls bulan Agustus hingga dibawah 200,000 job menyebabkan volatilitas dan sentimen pasar hingga FOMC meeting 17 September mendatang tidak menentu. Kenaikan suku bunga The Fed dalam bulan ini masih mungkin karena data tenaga kerja AS masih dianggap solid. Pasca NFP minggu lalu, rata-rata pertambahan job per 3 bulan masih diatas 200,000 setelah NFP bulan Juli direvisi naik dari 215,000 ke 245,000. Revisi naik 2 bulan berturut-turut (Juni dan Juli) menyebabkan perkiraan bahwa NFP bulan Agustus juga mungkin akan direvisi naik. 

Selain itu tingkat pengangguran bulan Agustus turun 0.2% ke 5.1%, terendah sejak April 2008, dan upah rata-rata per jam yang mempengaruhi tingkat inflasi juga naik 0.3%, lebih tinggi dari perkiraan 0.2%. Sebagian analis memperkirakan pidato hawkish anggota FOMC Jeffrey Lacker di Richmond beberapa menit sebelum rilis NFP mengisyaratkan kemungkinan kenaikan suku bunga dalam bulan ini. Tidak ada data penting dari AS minggu ini kecuali PPI dan indeks kepercayaan konsumen versi UoM, dan diperkirakan sentimen terhadap USD pasca NFP masih positif.

Untuk minggu ini yang penting diperhatikan adalah suku bunga Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) yang diperkirakan akan kembali dipangkas 0.25% ke 2.75%. Perkiraan tersebut didukung oleh adanya konperensi pers gubernur Graeme Wheeler 5 menit setelah pengumuman suku bunga. Disamping itu minggu ini juga akan diumumkan suku bunga Bank of England (BoE) bersamaan dengan notulen meetingnya yang bulan lalu disebut ‘super Thursday’, dan juga suku bunga Bank of Canada (BoC).
Data penting lainnya adalah Employment Change dan tingkat pengangguran Australia, CPI dan neraca perdagangan China, Manufacturing Production Inggris, Jobless Claims AS dan indeks kepercayaan bisnis Australia versi NAB.

Senin, 7 September 2015 :
Hari libur bank-bank di AS dan Canada (Labor Day)
Jam 08:30 WIB: ANZ Job Advertisements Australia bulan Agustus 2015
Jam 14:00 WIB: data Foreign Currency Reserves Swiss bulan Agustus 2015
Jam 15:30 WIB: indeks kepercayaan investor kawasan Euro versi Sentix bulan September 2015

Selasa, 8 September 2015 :
Waktu tentative: data neraca perdagangan China bulan Agustus 2015
Jam 06:50 WIB: data Gross Domestic Product (GDP) Jepang kwartal ke 2 tahun 2015 (Final)
Jam 06:50 WIB: data Current Account Jepang bulan Juli 2015
Jam 08:30 WIB: indeks kepercayaan bisnis Australia versi NAB bulan Agustus 2015
Jam 13:00 WIB: data neraca perdagangan Jerman bulan Juli 2015
Jam 16:00 WIB: data GDP kawasan Euro kwartal ke 2 tahun 2015 (Final)

Rabu, 9 September 2015 :
Jam 07:30 WIB: indeks kepercayaan konsumen Australia versi Westpac bulan September 2015
Jam 08:30 WIB: data Home Loans Australia bulan Juli 2015
Jam 15:30 WIB: data Manufacturing Production dan Industrial Production Inggris bulan Juli 2015
Jam 15:30 WIB: data neraca perdagangan Inggris bulan Juli 2015
Jam 19:15 WIB: data Housing Starts Canada bulan Agustus 2015
Jam 19:30 WIB: data Building Permits Canada bulan Juli 2015
Jam 21:00 WIB: pengumuman suku bunga Bank of Canada (BoC) bulan September 2015
Jam 21:00 WIB: data Job Openings and Labor Turnover Summary (JOLTS) AS bulan Juli 2015

Kamis, 10 September 2015 :
Jam 04:00 WIB: pengumuman suku bunga Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) dan Monetary Policy Statement bulan September 2015
Jam 04:05 WIB: konperensi pers RBNZ yang dihadiri gubernur Graeme Wheeler 
Jam 06:50 WIB: data Core Machinery Orders Jepang bulan Juli 2015
Jam 08:30 WIB: data Employment Change dan tingkat pengangguran Australia bulan Agustus 2015
Jam 08:30 WIB: data  Consumer Price Index (CPI) dan Producer Price Index (PPI) China bulan Agustus 2015
Jam 18:00 WIB: hasil meeting Bank of England (BoE): pengumuman suku bunga dan Asset Purchase Facility bulan September 2015
Jam 18:00 WIB: rilis notulen meeting BoE 10 September 2015
Jam 19:30 WIB: data Jobless Claims AS per 5 September 2015
Jam 19:30 WIB: data Import Prices AS bulan Agustus 2015

Jum’at, 11 September 2015 :
The Economic and Financial Affairs Council (ECOFIN) meetings
Jam 13:00 WIB: data CPI Jerman bulan Agustus 2015 (Final)
Jam 15:30 WIB: data Construction Output Inggris bulan Juli 2015
Jam 19:30 WIB: data PPI AS bulan Agustus 2015
Jam 21:00 WIB: indeks kepercayaan konsumen AS versi University of Michigan (UoM) bulan September 2015 (Preliminary)

Analisa Teknikal 7-11 September 2015

Analisa teknikal mingguan berikut ini dibuat berdasarkan harga penutupan pasar hingga akhir minggu lalu (4 September 2015), dan dimaksudkan sebagai acuan untuk trading jangka menengah dan panjang.

EUR/USD:
 www.tehnical-and-fundamentalanalysis.blogspot.com
(klik gambar untuk memperbesar) 

Chart daily : masih bearish:
1. Harga bergerak dibawah kurva resistance psikologis simple moving average (sma) 200 day dan dibawah kurva middle band indikator Bollinger Bands.
2. Terbentuk formasi evening star candle yang mendapat rejection dari resistance sma 200 day, dan diikuti oleh bearish candle (down bar) yang juga menembus support Fibo retracement 61.8%, menunjukkan masih kuatnya sentimen bearish.
3. Kurva indikator MACD bergerak dibawah kurva sinyal (warna merah) dengan sudut yang semakin melebar, dan garis histogram OSMA juga bergerak dibawah level 0.00.
4. Kurva indikator RSI bergerak dibawah level 50.0 yang juga menunjukkan sentimen bearish.
5. Garis histogram indikator ADX berwarna merah yang menunjukkan dominan bearish. 
6. Harga berada pada 60 pip dibawah level pivot mingguannya. 

Level pivot mingguan : 1.1178
Resistance : 1.1133 ; 1.1217 (level 61.8% Fibonacci retracement-1) ; 1.1288 (level 23.6% Fibonacci retracement-2) ; 1.1340 ; 1.1383 ; 1.1435 ; 1.1533 ; 1.1620 ; 1.1753 ; 1.1810 (level 38.2% Fibonacci retracement-2) ; 1.1875 ; 1.2000.
Support : 1.1097 ; 1.1048 ; 1.1000 ; 1.0925 ; 1.0860 ; 1.0818 (level terendah 27 Mei 2015) : 1.0760 ; 1.0680 ; 1.0600 ; 1.0550 ; 1.0500.

Indikator: simple moving average (sma) 200 dan 100 ; Bollinger Bands (20,2) ; MACD (12,26,9) ; OSMA ; RSI (14) ; ADX (14).
Level-level penting EUR/USD 1.2000 ; 1.1875 : 1.1753 : 1.1700 ; 1.1620 ; 1.1540 ; 1.1500 ; 1.1460 ; 1.1373 ; 1.1313 ; 1.1290 ; 1.1200 ; 1.1113 : 1.1050 ; 1.1000 ; 1.0910 ; 1.0860 ; 1.0760 : 1.0500 ; 1.0208 ; 1.0170.
Fibonacci retracement (1):
Titik swing low  : 0.8225 (harga terendah 26 Oktober 2000) 
Titik swing high : 1.6037 (harga tertinggi 15 Juli 2008)
Fibonacci retracement (2):
Titik swing high : 1.3992 (harga tertinggi 8 Mei 2015)
Titik swing low  : 1.0461 (harga terendah 13 Maret 2015) 
Fibonacci fan :
Titik swing high: 1.3410 (harga tertinggi  15 Agustus 2014) 
Titik swing low : 1.2499 (harga terendah 3 Oktober 2014)

Data fundamental penting minggu ini adalah PPI AS, indeks UoM AS, Jobless Claims AS dan GDP final kawasan Euro. 

GBP/USD:

 www.tehnical-and-fundamentalanalysis.blogspot.com
(klik gambar untuk memperbesar)

Chart daily : masih cenderung bearish:
1. Harga bergerak dibawah kurva resistance psikologis simple moving average (sma) 200 day dan pada kurva lower band indikator Bollinger Bands.
2. Dari indikator Parabolic SAR (parabolic Stop And Reverse) tampak titik-titik pSAR masih berada diatas harga yang menunjukkan pergerakan harga belum akan reverse (berbalik arah). Dalam hal ini trader yang punya posisi sell seharusnya belum di-stop (exit), karena belum akan reverse. 
3. Kurva indikator MACD bergerak dibawah kurva sinyal (warna merah) dengan sudut yang semakin melebar, dan garis histogram OSMA juga bergerak dibawah level 0.00.
4. Garis histogram indikator ADX berwarna merah yang menunjukkan dominan bearish. 
6. Harga berada pada 85 pip dibawah level pivot mingguannya. 

Level pivot mingguan : 1.5257
Resistance : 1.5190 (level 23.6% Fibonacci retracement) ; 1.5240 ; 1.5290 ; 1.5329 ; 1.5416 ; 1.5483 ; 1.5550 ; 1.5605 ; 1.5650 ; 1.5720 ; 1.5800 ; 1.5879 (level 50% Fibonacci retracement) ; 1.5928 (level tertinggi 18 Juni 2015) ; 1.6000.
Support : 1.5114 ; 1.5000 ; 1.4890 ; 1.4800 (level 50% Fibonacci expansion) ; 1.4700 ; 1.4629 (level 61.8% Fibonacci expansion) ; 1.4585 ; 1.4411 (level 76.4% Fibonacci expansion).

Indikator: simple moving average (sma) 200 dan 100 ; Bollinger Bands (20,2) ; Parabolic SAR (0.02, 0.2) ; MACD (12,26,9) ; OSMA ; ADX (14).
Level-level penting GBP/USD : 1.6000 ; 1.5909 ; 1.5746 ; 1.5620 ; 1.5550 ; 1.5416 ; 1.5290 ; 1.5114 : 1.5000 ; 1.4811 ; 1.4752 ; 1.4562. 
Fibonacci retracement :
Titik swing high : 1.7189 (harga tertinggi 15 Juli 2014)
Titik swing low  : 1.4569 (harga terendah 13 April 2015)
Fibonacci expansion :
Titik 1 : 1.6523 (harga tertinggi 19 September 2014)
Titik 2 : 1.5033 (harga terendah  8 Januari 2015)
Titik 3 : 1.5551 (harga tertinggi 26 Pebruari 2015)
Fibonacci fan :
Titik swing high : 1.7189 (harga tertinggi 15 Juli 2014)  
Titik swing low  : 1.6050 (harga terendah 10 September 2014)

Data fundamental penting minggu ini adalah suku bunga BoE, notulen meeting BoE, Manufacturing Production Inggris, PPI AS, indeks UoM AS dan Jobless Claims AS.

USD/JPY: 

www.tehnical-and-fundamentalanalysis.blogspot.com
(klik gambar untuk memperbesar)

Chart daily : bearish:
1. Harga kembali menembus kurva support psikologis simple moving average (sma) 200 day dan bergerak dibawahnya.
2. Terbentuk formasi evening star candle yang mendapat rejection dari resistance resistance psikologis 120.00.
3. Kurva indikator MACD bergerak dibawah kurva sinyal (warna merah) dengan sudut dan garis histogram OSMA juga bergerak dibawah level 0.00.
4. Kurva indikator RSI bergerak dibawah level 50.0.
5. Garis histogram indikator ADX berwarna merah yang juga menunjukkan dominan bearish.
6. Harga berada pada 77 pip dibawah level pivot mingguannya.

Level pivot mingguan : 119.73
Resistance : 
119.45 ; 120.00 ; 120.50 ; 120.75 ; 121.19 ; 121.85 (level 38.2% Fibonacci expansion) ; 122.45 (level terendah 10 Juni 2015) ; 123.00 ; 123.50 ; 123.87 (level 50% Fibonacci expansion) ; 124.43 ; 125.00 ; 125.84 (level 61.8% Fibonacci expansion) ; 126.50.
Support : 118.90 ; 118.50 ; 117.85 ; 117.43 ; 116.82 ; 116.16 ; 115.50 ; 114.65 ; 113.68.

Indikator
: simple moving average (sma) 200 dan 100 ; Bollinger Bands (20,2) ; MACD (12,26,9) ; OSMA ; RSI (14) ; ADX (14).
Level-level penting USD/JPY : 125.00 ; 124.16 ; 123.00 ; 122.19 ; 121.39 ; 120.75 : 120.00 ; 118.90 ; 117.94 ; 117.20 ; 116.82 ;115.50 ; 114.65 ; 113.68 ; 113.17 ; 112.50.
Fibonacci expansion
 :
Titik 1 : 105.19 (harga terendah  15 Oktober 2014)
Titik 2 : 121.83 (harga tertinggi   8 Desember 2014)
Titik 3 : 115.55 (harga terendah 16 Desember 2014)

Data fundamental penting minggu ini adalah GDP Jepang (final), PPI AS, indeks UoM AS dan Jobless Claims AS.

AUD/USD: 


www.tehnical-and-fundamentalanalysis.blogspot.com
(klik gambar untuk memperbesar) 

Chart daily : masih cenderung bearish:
1. Harga bergerak dibawah garis resistance downtrend dan pada kurva lower band indikator Bollinger Bands.
2. Dari indikator Parabolic SAR (parabolic Stop And Reverse) tampak titik-titik pSAR masih berada diatas harga yang menunjukkan pergerakan harga belum akan reverse (berbalik arah). Dalam hal ini bagi yang punya posisi sell seharusnya belum di-stop (exit) karena belum akan reverse. 
3. Kurva indikator MACD bergerak dibawah kurva sinyal (warna merah) dan garis histogram OSMA juga bergerak dibawah level 0.00.
4. Garis histogram indikator ADX berwarna merah yang menunjukkan dominan bearish. 
6. Harga berada pada 76 pip dibawah level pivot mingguannya. 

Level pivot mingguan : 0.7006
Resistance : 0.7000 ; 0.7100 ; 0.7205 ; 0.7250 (level 76.4% Fibonacci expansion) ; 0.7340 ; 0.7392 ; 0.7449 (level 61.8% Fibonacci expansion) ; 0.7492 ; 0.7532 ; 0.7609 (level 50% Fibonacci expansion) ; 0.7657 (level tertinggi 2 Juli 2015) ; 0.7700 ; 0.7770 (38.2% Fibonacci expansion).
Support : 0.6843 ; 0.6770 ; 0.6700 ; 0.6650 ; 0.6600 (berimpit dengan level 123.6% Fibonacci retracement).

Indikator: simple moving average (sma) 200 dan 50 ; Bollinger Bands (20,2) ; Parabolic SAR (0.02, 0.2) ; MACD (12,26,9) ; OSMA ; ADX (14).
Level-level penting AUD/USD : 0.8313 ; 0.8210 ; 0.8150 ; 0.8080 ; 0.8000 ; 0.7978 ; 7904 ; 0.7790 ; 0.7700 ; 0.7600 ; 0.7403 ; 0.7283. 
Fibonacci retracement :
Titik swing high : 0.9504 (harga tertinggi 1 Juli 2014)
Titik swing low  : 0.7532 (harga terendah 2 April 2015)
Fibonacci expansion :
Titik 1 : 0.9400 (harga tertinggi 5 September 2014)
Titik 2 : 0.8034 (harga terendah 5 Januari 2015)
Titik 3 : 0.8293 (harga tertinggi 15 Januari 2015)
Fibonacci fan : 
Titik swing high: 0.9400 (harga tertinggi 5 September 2014)
Titik swing low : 0.7625 (harga terendah 3 Pebruari 2015)

Data fundamental penting minggu ini adalah Employment Change Australia, CPI China, neraca perdagangan China, indeks NAB Australia, PPI AS, indeks UoM AS dan Jobless Claims AS.