Analisa Perdagangan Obligasi Rabu (6/9)
Tren
penguatan harga di pasar obligasi Indonesia masih berlanjut pada
perdagangan kemarin dimana yield SUN rata - rata turun sebesar 4bp di
sepanjang kurva. Sementara itu, yield SUN bertenor 10 tahun turun 6bp
dan ditutup di level 5,67%.
Volume
transaksi di pasar SBN secara outright tercatat sebesar IDR16,0 triliun
kemarin, turun dari transaksi hari sebelumnya yang mencapai IDR21,6
triliun, namun masih diatas rata-rata volume transaksi harian sejak awal
tahun yang sebesar IDR10,5 triliun. SUN seri acuan FR0061, FR0059,
FR0074, dan FR0072 masih mendominasi transaksi di pasar sekunder.
Berkebalikan dengan pasar SBN, volume transaksi di pasar obligasi
korproasi secara outright tercatat hanya sebesar IDR1,0 triliun, turun
dari hari sebelumnya sebesar IDR1,2 triliun. Obligasi PPLN01ACN2 menjadi
seri teraktif dengan volume sebesar IDR185,0 miliar.
Perkiraan Pasar dan Rekomendasi Kamis (7/9)
Meredanya
tekanan eksternal dan masih tingginya minat investor terhadap pasar
surat utang Indonesia diperkirakan akan menjadi katalis positif bagi
pergerakan harga obligasi di pasar domestik. Tekanan di pasar global
mereda seiring adanya dukungan dari presiden AS, Donald Trump, terhadap
perpanjangan plafon utang AS dan pendanaan Pemerintah hingga tiga bulan
ke depan. Trump menyatakan mendukung rencana pimpinan senat minoritas AS
yang akan mengkombinasikan kenaikan plafon utang dengan bantuan bagi
korban badai Harvey. Sebelumnya, pasar global sempat khawatir akan
kemungkinan penutupan Pemerintahan (government shutdown) apabila plafon
utang AS tidak dinaikkan. Meredanya tekanan ini mendorong investor untuk
kembali masuk pada aset – aset yang lebih berisiko dan mengurangi
permintaan pada safe-haven assets yang tercermin dari penguatan bursa
saham AS semalam, yang diikuti oleh pelemahan harga obligasi US
Treasury. Hal ini diperkirakan juga berpotensi mendorong investor asing
untuk masuk ke emerging market termasuk Indonesia dan memberikan dampak
yang positif terhadap pasar surat utang domestik. Minat investor asing
yang masih cukup tinggi terhadap pasar domestik tercermin dari
rendahnya CDS Indonesia bertenor 5 tahun saat ini, yang mencapai 102bp,
jauh dibawah level awal Juli 2017 yang sebesar 124bp. Tingginya minat
investor asing juga terlihat dari net buy yang mencapai IDR4,4 triliun
dalam dua hari perdagangan pertama di bulan September 2017. Namun disisi
lain, peluang penurunan yield yang signifikan dapat dibatasi oleh
semakin menyempitnya yield spread antara SUN dan US Treasury bertenor 10
tahun yang saat ini mencapai 446bp, jauh dibawah rata – rata tiga bulan
terakhir yang sebesar 467bp.
SUN
seri FR0053, FR0061, FR0056, FR0059, FR0074, dan FR0072 masih akan
menjadi pilihan yang atraktif untuk diperdagangkan ditengah potensi
pasar yang positif dalam jangka pendek. Sementara itu, bagi investor
dengan horizon investasi jangka panjang, SUN seri FR0067, FR0050,
FR0054, FR0052, FR0044, FR0039, FR0069, dan FR0048 akan menjadi pilihan
yang menarik untuk dikoleksi seiring masih atraktifnya yield seri – seri
ini.
Berita Ekonomi dan Pasar Surat Utang Indonesia
Pemerintah menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan cara private placement senilai IDR500,0 miliar kemarin.
Seri yang diterbitkan adalah seri baru yaitu PBS016 dengan status dapat
diperdagangkan. Sukuk ini diterbitkan dengan imbalan (kupon) sebesar
6,25% per tahun, dengan yield sebesar 6,35%, dan akan jatuh tempo pada
15 Maret 2020. Sukuk ini diterbitkan dengan akad ijarah asset to be
leased dan dengan underlying asset berupa proyek APBN 2017 dan barang
milik negara. Dengan penerbitan Sukuk ini, maka year-to-date, Pemerintah
telah berhasil menerbitkan SBN senilai IDR559,8 triliun atau sekitar
78,0% dari total target penerbitan SBN di tahun 2017.
PT
Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) memberikan indikasi kupon antara
8,00% - 9,25% untuk rencana penerbitan Obligasi Berkelanjutan III
Waskita Karya Tahap I Tahun 2017.
Nominal obligasi yang akan diterbitkan pada tahap pertama ini sebesar
IDR3,0 triliun, dari total plafon yang ditargetkan pada Penawaran Umum
Berkelanjutan III yang mencapai IDR10,0 triliun. Obligasi tahap I ini
akan ditawarkan dalam 2 seri yaitu seri A bertenor 3 tahun memiliki
kupon berkisar 8,00% - 8,75%, sementara Seri B akan diterbitkan dengan
jangka waktu 5 tahun dan tingkat bunga antara 8,50% - 9,25%. Lembaga
pemeringkat Fitch telah memberikan peringkat A- untuk obligasi ini.
Sebesar 80% dari dana hasil penerbitan obligasi ini akan digunakan untuk
keperluan modal kerja perusahaan, diantaranya berupa pembelian bahan
konstruksi, biaya peralatan, biaya sub-kontraktor serta upah tenaga
kerja, sedangkan 20% sisanya akan digunakan untuk investasi di anak
perusahaan berupa setoran modal.
Lembaga pemeringkat PEFINDO mempertahankan peringkat kredit PT Bank Permata Tbk (BNLI) di level idAAA.
PEFINDO juga mempertahankan peringkat peringkat obligasi subordinasi
BNLI II 2011, obligasi subordinasi berkelanjutan I 2012, dan obligasi
subordinasi berkelanjutan II tahap I 2013 di level idAA+. Sementara itu,
peringkat obligasi subordinasi II tahap II 2014 dipertahankan di level
idAA. Outlook peringkat Perseroan ditetapkan di level stabil. Menurut
PEFINDO, peringkat ini mencerminkan dukungan yang sangat kuat dari
pemegang sahamnya, posisi pasar yang baik, kapitalisasi yang kuat, dan
profil likuiditas yang baik pula. Namun demikian, peringkat ini masih
dibatasi oleh profil kualitas aset dan ukuran profitabilitas yang
dibawah rata – rata.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar