•Pemerintah diperkirakan akan mengumumkan perombakan kabinet hari ini , Rabu (12/8), untuk meningkatkan kinerja Pemerintah. Isu reshufle kabinet oleh Presiden Jokowi berhembus sejak awal bulan puasa yang dipicu oleh ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja beberapa kementerian yang dinilai lamban dalam menindaklanjuti instruksi Presiden terkait dengan bidang ekonomi, politik, sosial dan keamanan. Namun demikian, perombakan kabinet nanti diperkirakan akan memasukkan figur yang akan dapat mengakomodir kepentingan masyarakat dan investor pasar keuangan terkait dengan bidang perekonomian ditengah melambatnya laju pertumbuhan ekonomi nasional dan pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS yang sempat ditutup pada level IDR 13.722 di pasar spot pada perdagangan kemarin, Selasa (11/8).
•Kebijakan pemerintah Tiongkok menyesuaikan nilai tukar Yuan agar melemah hampir 2% memberikan dampak panic selling di di pasar keuangan global dimana nilai Yuan diturunkan dari posisi CHY 6,1162 menjadi CHY 6,2298 per Dollar AS. IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah -2,7% menjadi 4.623 indeks poin dimana Strait Times Index Singapura juga melemah sebesar -1,4% yang diikuti oleh pelemahan DAX Jerman dan CAC40 Prancis masing sebesar -1,3% dan -1,1%.
•Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Selasa, 11 Agustus 2015 mengalami kenaikan. Kenaikan imbal hasi berkisar antara 1 - 20 bps dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada Surat Utang Negara dengan tenor 10 - 20 tahun.
•Adapun volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp9,74 triliun, mengalami peningkatan dibandimgkan dengan volume perdagangan sebelumnya, dari 37 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan. Sementara itu volume perdagangan Surat Utang Negara seri acuan yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mencapai Rp2,76 triliun. Obligasi Negara seri FR0068 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, yaitu senilai Rp1,61 triliun dari 107 kali transaksi dengan harga rata - rata pada level 95,16% dan tingkat imbal hasilnya sebesar 8,91%. Sementara itu volume perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp291 miliar dari 23 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Toyota Astra Financial Services III Tahun 2013 Seri B (TAFS03B) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, yaitu senilai Rp90 miliar dari 4 kali transaksi dengan harga rata - rata pada level 99,28% dengan tingkat imbal hasil sebesar 8,58%.
•Pada perdagangan kemarin, harga Surat Utang Negara di pasar sekunder mengalami penurunan yang cukup besar di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Penurunan harga yang terjadi berkisar antara 3 - 150 bps dimana harga Surat Utang Negara bertenor penjang terlihat mengalami penurunan yang lebih besar dibandingkan dengan yang didapati pada tenor pendek. Penurunan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin didorong oleh faktor pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika sebagai imbas dari Bank Sentral Tiongkok (PBOC) yang melakukan devaluasi mata uang Yuan terhadap dollar Amerika guna mendukung ekonomi Tiongkok melalui aktivitas perdagangan.
• Pada perdagangan kemarin, rupiah ditutup melemah sebesar 56,90 pts (0,42%) pada level 13607,40 per dollar Amerika. Sepanjang sesi perdagangan rupiah diperdagangkan dengan kecenderungan mengalami pelemahan dan diperdagangkan pada kisaran 13506,30 hingga 13619,50 per dollar Amerika.
•Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder masih akan berpeluang untuk mengalami penurunan di tengah masih cukup besarnya tekanan terhadap pelemahan rupiah. Harga Surat Utang Negara pada hari ini masih akan dipengaruhi oleh faktor pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika sebagai dampak dari devaluasi mata uang Yen terhadap dollar Amerika yang dilakukan oleh Bank Sentral Tiongkok. Pada hari ini, rupiah dibuka pada level 13706 per dollar Amerika, melemah sebesar 98,60 pts dibandingkan dengan penutupan sebelumnya. Hal tersebut menyebabkan nilai tukar rupiah melemah sebesar 8,50% terhadap dollar Amerika di sepanjang tahun 2015, dimana kondisi tersebut akan mendorong investor asing untuk melakukan penjualan Surat Utang Negara di pasar sekunder yang berdampak pada berlanjutnya penurunan Surat Utang Negara di pasar sekunder pada perdagangan hari ini.
•Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dengan fokus terhadap pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Kami menyarankan kepada investor untuk melakukan trading jangka pendek dengan opsi untuk melakukan penjualan Surat Utang Negara di pasar sekunder. Namun demikian, bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang dapat memanfaatkan koreksi harga yang terjadi untuk melalukan pembelian Surat Utang Negara secara bertahap, terutama pada Surat Utang Negara bertenor panjang.
•Pemerintah meraup dana senilai Rp3,59 dari lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
•Investor asing mengurangi kepemilikannya di Surat Berharga Negara. Berdasarkan data kepemilikan Surat Berharga Negara yang dapat diperdagangkan per tanggal 10 Agustus 2015, kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara senilai Rp539,93 triliun. Jumlah tersebut setara dengan 39,10% dari total outstanding Surat Berharga Negara yang dapat diperdagangkan, yang nilainya mencapai Rp1380,73 triliun.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar