•Presiden Jokowi, Rabu (12/8), melaksanakan janjinya untuk melakukan perombakan kabinet dengan mengganti dan menggeser beberapa posisi menteri di kabinet kerja. Penggantian di beberapa Kementerian diharapkan mampu mendorong kinerja pemerintah dalam mengendalikan perekonomian nasional yang cenderung mengalami perlambatan laju pertumbuhan ekonomi dalam beberapa kuartal terakhir. Posisi Menteri Koordinator Ekonomi yang sebelumnya dijabat oleh Sofyan Djalil telah dialihkan kepada Darmin Nasution dan Menteri Perdagangan dijabat oleh Thomas Lembong, sementara itu, Menteri Koordinator Polhukam yang sebelumnya dijabat oleh Tedjo Edhy P. saat ini dijabat oleh Luhun B.Panjaitan. Beberapa posisi menteri dan setingkat menteri lainnya juga diganti diantaranya Kementerian Koordinator Kemaritiman, Kementerian PPN/Kepala Bappenas dan Sekretaris Kabinet.
•Bank Sentral Tiongkok kembali secara resmi melemahkan nilai tukar Yuan pada hari Rabu (12/8) yang menyebabkan nilai mata uang tersebut secara total telah melemah sebesar 3,5% hanya dalam waktu dua hari kerja. Pelemahan nilai tukar Yuan tersebut diharapkan dapat mendorong kinerja ekspor Tiongkok dalam menghadapi persaingan produk global dimana beberapa negara seperti Jepang dan Korea Selatan juga telah dengan sengaja melemahkan nilai tukar mereka dalam setahun terakhir.
•Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin kembali mengalami kenaikan. Kenaikan imbal hasil berkisar antara 3 - 25 bps dimana Surat Utang Negara bertenor panjang terlihat mengalami kenaikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang didapati pada tenor pendek.
•Adapun volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp11,60 triliun dari 45 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana volume perdagangan Surat Utang Negara seri acuan yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp5,6 triliun. Obligasi Negara seri FR0071 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, yaitu senilai Rp2,19 triliun dari 63 kali transaksi dengan harga rata - rata pada level 98,78% dan tingkat imbal hasilnya sebesar 9,15%. Sementara itu volume perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp391,7 miliar dari 22 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Bank BTN Tahap I Tahun 2012 (BBTN01CN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar yaitu senilai Rp105 miliar dari 11 kali transaksi dengan harga rata - rata pada level 94,00% dengan tingkat imbal hasil sebesar 9,09%.
•Pada perdagangan kemarin, harga Surat Utang Negara di pasar sekundar masih mengalami penurunan di tengah nilai tukar rupiah yang mengalami pelemahan yang cukup besar terhadap dollar Amerika. Nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin yang sejak awal perdagangan mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika menjadi faktor utama penurunan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Investor asing terlihat cukup aktif melakukan penjualan Surat Utang Negara di pasar sekunder, terutama pada Surat Utang Negara bertenor panjang. Secara keseluruhan, penurunan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin berkisar antara 10 - 240 bps, dimana Surat Utang negara bertenor panjang mengalami penurunan harga yang lebih besar dibandingkan dengan yang didapati pada tenor pendek.
•Sementara itu nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin ditutup melemah sebesar 192,50 pts (1,41%) pada level 13799,90 per dollar Amerika. Sepanjang sesi perdagangan, rupiah cenderung mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika dan diperdagangkan pada kisaran 13685,20 - 13917,40 per dollar Amerika.
•Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara di pasr sekunder masih akan cenderung mengalami pelemahan dengan peluang terjadinya kenaikan setelah mengalami penurunan harga yang cukup besar dalam beberapa hari terakhir. Peluang kenaikan harga Surat Utang Negara didorong faktor meredanya tekanan rupiah terhadap dollar Amerika pasca devaluasi mata uang Yuan terhadap dollar Amerika yang dilakukan oleh Bank Sentral Tiongkok (PBOC). Selain itu secara teknikal, penurunan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin mendorong harga Surat Utang Negara memasuki area jenuh jual (oversold) terutama pada Surat Utang Negara bertenor panjang, sehingga turut membuka peluang terjadinya kenaikan harga Surat Utang Negara dalam jangka pendek.
•Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Dalam jangka pendek harga Surat Utang Negara berpeluang untuk mengalami penguatan, hanya saja dalam jangka menengah masih berpotensi untuk mengalami pelemahan terutama menjelang pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Meeting) pada bulan September mendatang. Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada investor untuk memanfaatkan momentum kenaikan harga guna melakukan penjualan (profit taking).
•Investor asing menambah kepemilikannya di Surat Berharga Negara. Berdasarkan data kepemilikan Surat Berharga Negara yang dapat diperdagangkan per tanggal 11 Agustus 2015, kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara senilai Rp540,49 triliun. Jumlah tersebut setara dengan 39,17% dari total outstanding Surat Berharga Negara yang dapat diperdagangkan, yang nilainya per tanggal 11 Agustus 2015 sebesar Rp1379,73 triliun.
•Peringkat PT Bank Danamon Indonesia Tbk diafirmasi pada peringkat "idAAA" oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia.
•PT Pemeringkat Efek Indonesia mempertahankan peringkat "idA" terhadap peringkat PT Tunas Baru Lampung Tbk.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar