Entri Populer

Jumat, 23 Oktober 2015

Given the increase in Fed Rate Expectations Latest With the Fed Funds Futures

Late last week , John Kicklighter of DailyFX wrote in his analysis that the Fed Funds Futures are now taking into account the interest rate the Federal Reserve ( Fed rate ) will be raised in July 2016. This is not the first time analysts or the news agency cited "Fed Funds Futures ". But, you know, what the Fed Fund Futures? Futures contracts that one is more often mentioned, and it's good trader knows.

Hedging Tool And Speculation

Fed Funds Futures contracts were first introduced by the Chicago Board of Trade in October 1988 as an instrument to hedge changes in the Fed rate. His full name is the "30 - Day Federal Funds Futures Contract "

Since then, the Fed Funds Futures contracts become one of important risk management tool for institutional traders who want to do hedging or speculation Federal Reserve policy-related ( US central bank ) of short-term interest rate changes. A trader can buy or sell futures based on expectations of Fed rate changes. If traders think the Fed will raise interest rates in the future , then they will do a 'sell' in the futures. And if they predict the Fed will cut interest rates, then they will "buy" the futures contracts.


Contracts sold on a monthly basis (30 days), so that each contract will expire on the last business day in related contracts. While the formation of the price calculated on the basis of 100, so the price of the contract is 100 minus the expected Fed rate in the contract. For example traders expect Fed rate will rise 0.4 percent in July 2016, the Fed Funds futures contract price in July 2016 is (100-0.4) or 99.6. And if traders expect Fed rate will rise 0.5 percent in September, the price of the September contract will change again so (100-0.5) or 99.5.

Given the increase in Fed Rate Expectations Latest

It is important to note here that the Fed Funds Futures show what is predicted by institutional traders in the future (expectations), and does not indicate the amount of Fed rate at this time. Retail forex traders like we did not have a chance to trade the Fed Funds Futures, but the observed changes in assets this one can help us understand how the market expectations of Fed rate hikes .

Well, after knowing it, we can find out how John Kicklighter of DailyFX can conclude that the "Fed Funds Futures are now taking into account interest rates the Fed will be raised in July 2016". See chunks of data tables Fed Funds Futures date ( October 20, 2015 / GMT + 7 ) below :






Ignore the other numbers except month contract in the "Month" and the numbers in the column "Last". In December 2015, 99 830 visible figures. That is, the institutional traders expect the Fed rate in December will be at 0:17 percent. Due to the current actual interest rate the Fed is at 0-0.25 percent, it means that market participants do not expect there will be a rate hike in December 2015.

Meanwhile, if we sequence again down to a month in July 2016, 99 635 figure appears. That means that market participants forecast interest rates in that month will be at 0365 percent. Look here there are predictions of an increase of 0.115 per cent of the actual interest rate the Fed current.



Fed Funds Futures is one of the data that is often a reference to analysts and traders in relation to US interest rates, and could be a good material in understanding market expectations. In addition, amendments are also frequently cited by Reuters and Bloomberg. If you want to observe their own, then the table can be found at the CME Group's web site.

Senin, 12 Oktober 2015

Analisa Prediksi Rupiah 12 - 16 Oktober 2015

Rekap Kurs Rupiah Minggu Lalu

Diluar dugaan, kurs Rupiah melejit terhadap Dolar AS pekan lalu, menguat sekitar 1,200 dalam beberapa hari saja. Setelah dibuka pada 14,640 per Dolar AS di pasar uang (pemantauan TradingView), kurs Rupiah ditutup pada 13,410 di akhir perdagangan hari Jumat. Faktor-faktor pendukung penguatan Rupiah diantaranya adalah perkiraan akan batalnya kenaikan suku bunga the Fed AS dalam tahun 2015 ini, serta peluncuran paket stimulus ketiga dan masuknya kembali dana asing ke pasar modal di Indonesia.

Buruknya laporan ketenagakerjaan AS pada 2 Oktober 2015 menjadi momentum yang menandai pelemahan Dolar AS terhadap mata uang lain dan aset-aset finansial global. Data tersebut seakan mengkonfirmasi keputusan bank sentral AS (the Fed) yang mengecewakan pasar dengan tidak menaikkan suku bunganya di bulan September lalu. Apalagi kemudian keluar kabar meningkatnya defisit neraca dagang serta hambarnya notulen rapat bank sentral dari negeri paman Sam itu. Karenanya, para pelaku pasar dan analis kini memperkirakan the Fed tidak akan menaikkan suku bunganya dalam tahun ini. Akibatnya, Dolar AS melemah terhadap hampir semua mata uang lain dalam sepekan lalu.

Kondisi tersebut memberikan kesempatan bagi Rupiah dan mata uang-mata uang negara berkembang lain yang telah kelewat undervalued dalam beberapa bulan terakhir untuk bangkit kembali dan mulai menstabilisasikan diri. Turut menunjang penguatan Rupiah juga adalah diluncurkannya paket stimulus ketiga pada hari Rabu.

Paket kebijakan ketiga diumumkan setelah kedua paket sebelumnya kurang direspon pasar. Paket kebijakan terbaru ini diantaranya berisi pelonggaran aturan bagi bank-bank dalam memproses valas hasil ekspor, mempermudah perizinan bisnis, memangkas suku bunga pinjaman dan mempermudah prosedur untuk mendapatkan pinjaman, serta mengurangi tarif listrik untuk industri dan harga BBM. Kebijakan-kebijakan tersebut diharapkan dapat mengurangi tekanan pada perusahaan-perusahaan di tengah perlambatan ekonomi dan pelemahan Rupiah, sehingga dinilai dapat lebih berpengaruh secara riil dalam waktu dekat ketimbang kedua paket sebelumnya.

Program-program dalam paket stimulus itu meningkatkan daya tarik saham di sektor-sektor tertentu, seperti manufaktur. Perlu dicatat bahwa menurut indeks PMI Manufaktur Markit/Nikkei, sektor manufaktur Indonesia telah tertekan dalam setahun terakhir akibat meningkatnya cost gara-gara inflasi harga input dan depresiasi Rupiah. Kebijakan terbaru dalam paket stimulus III dan menguatnya Rupiah memungkinkan penurunan biaya produksi, sehingga mengurangi tekanan bagi sektor vital ini. Di sisi lain, harga-harga saham Indonesia sebelumnya telah menurun drastis, sehingga bisa dinilai murah oleh sebagian kalangan. Situasi ini menjadi menarik bagi investor untuk kembali ke bursa Indonesia.

Fundamental Minggu Ini

Awal pekan ini, kurs Rupiah dibuka pada 13,410 per Dolar AS di pasar uang (pemantauan TradingView) dengan kecenderungan netral. Saat ini Rupiah berada di posisi terkuat terhadap Dolar dalam lebih dari dua bulan. Pekan ini nilai tukar diperkirakan masih berupaya untuk mencapai level keseimbangan baru.

Dalam perspektif tersebut, maka Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang dijadwalkan akan dilaksanakan tanggal 15 Oktober besok akan mendapat perhatian khusus. Sebagaimana diketahui, RDG BI secara rutin membahas pandangan-pandangan BI mengenai kondisi makroekonomi Indonesia serta memutuskan tingkat suku bunga acuan (BI rate). Penguatan Rupiah memberikan kesempatan bagi BI untuk memangkas suku bunga dan mengurangi tekanan pada laju pertumbuhan Indonesia. Namun demikian, BI bisa saja menahan suku bunga pada level 7.5 persen sembari memantau perkembangan ekonomi dunia.

Sementara itu, Amerika Serikat tengah liburan hari Columbus hari ini, tetapi dalam empat hari berikutnya dijadwalkan akan mengesahkan anggaran belanja pemerintah, dan merilis sederetan data penting termasuk data penjualan ritel dan inflasi. Inflasi merupakan bahan pertimbangan lain bagi the Fed dalam memutuskan tingkat suku bunganya, disamping kondisi ketenagakerjaan dalam negerinya. Sedangkan data penjualan ritel mengindikasikan gairah ekonomi domestik. Apabila kedua laporan itu mengecewakan, maka Dolar bisa sungguh-sungguh tertekan.

Prediksi Rupiah Pekan Ini

Saat ini, Rupiah sudah lepas dari wilayah undervalued dan malah mulai memasuki kondisi overvalued. Bisa dilihat dari chart dibawah ini, MACD pada pair USD/IDR nampak oversold. Namun demikian, posisi pair belum oversold sempurna, sehingga mengindikasikan kemungkinan Rupiah untuk melanjutkan penguatan pada pekan ini.




Jika volatilitas menurun, maka Rupiah berpeluang untuk konsolidasi di kisaran 13,270-13,848 per Dolar AS. Namun bila volatilitas tetap tinggi, maka sulit disebutkan kemana mata uang berlambang Garuda ini akan bergerak. Apabila support pada 13,270 ditembus, maka bukan tidak mungkin akan mengarah ke 13,000an. Sebaliknya, jika 13,848 yang jebol, maka kurs bisa berbalik ke 14,000an.

Chinese Finance Minister Ask the US Participate Responsibility , USD / CNY fall dramatically

Now is not the right time for the US to raise interest rates, given the global economic situation is uncertain, according to a statement disclosed by the Minister of Finance of China, Lou Jiwei , in an interview published in China Business News on Monday ( 12/10 ).

Jiwei statement was similar to that expressed in the annual meetings of the IMF and the World Bank in Lima last week. Developed countries, said Jiwei, busy blaming global economy is chaotic due to economic slowdown in China that can not meet the demand , whereas in fact the US is also partly responsible for this.

"The United States are in a point which is not appropriate to raise interest rates, and ( they ) are still responsible for the global economy ( that ) can not raise interest rates," said Jiwei was quoted by Reuter.

Not One Developing Countries

State minister world 's second-largest economy is trying to shift the view that generally marginalize China, saying that the US should join assume global responsibility for global currency status carried by the US Dollar.

This Jiwei statement described as the Vice Chairman of the Fed, Stanley Fischer, said the rise in US interest rates this year is just a prediction, not a commitment that must be met. And answer questions about the global economic situation, Lou said that sits not on the problems of developing countries.

"Instead of it (blame the developing countries), it is precisely the weakness of the sustainability of the recovery of the countries marched that hinder the global economy," he said. Developed countries should accelerate the recovery that involved growing external demand, continued Lou.

Yuan Rebound

Apart from the Chinese finance minister 's speech this afternoon Yuan reportedly showed rapid progress against the US dollar due to the PBoC to raise the reference exchange rate of the Renminbi against the US Dollar . Speculation US interest rate hike postponement to be the reason for the Chinese central bank to take this policy. USD / CNY drop from 6.3455 into 6.3235 .



Fundamental Data Recap, October 12-16, 2015

Last week the greenback again weakened against all major currencies except for the Japanese Yen . Since the release of the ISM Manufacturing Index and Non- Farm Payrolls which is not as expected, the US dollar continues to weaken and continue until the last week in line with the ISM Non-Manufacturing index and the trade balance are also below market expectations . Weakening greenback peaks occur when the release of the minutes of the FOMC meeting September 2015 which was more dovish than expected .

From the minutes of the FOMC meeting seemed ready to raise interest rates , but at the last moment canceled realized. In addition to waiting for repair jobs data as mentioned in the final statement, the FOMC members also see the low level of inflation and the strong exchange rate of USD as the primary consideration for delaying the rise in interest rates. Although considered dovish but the majority of FOMC members still expect a rate hike this year , including the chairman of the Federal Reserve Janet Yellen, while most analysts expect the Fed interest rate will persist until March of next year.



The movement of the greenback this week will be determined by the retail sales data ( Wednesday) and inflation in September (Thursday ) . September Retail Sales are expected to rise 0.2 % while total September CPI y / y expected to contract by 0.2 % ( or -0.2 % ) and core CPI rose 1.8 % return . If the results of the release below the expectations of the estimated USD to fizzle . Meanwhile the commodity currencies shine again last week . The increase in oil prices boosted the loonie and increased milk price index causing the Kiwi strengthened , also iron ore prices rebound and gold make the Aussie back rally .

Data and other important events are the UK inflation, China's inflation, the index ZEW Economic Sentiment Germany, Jobless Claims and the index of the average wage in the UK, the Australian workforce, US consumer confidence index version UoM, Jobless Claims and jolts US Philly Fed index Manufacturing US , US PPI and speeches by FOMC members .

Monday, October 12, 2015 :
Bank holiday in Japan ( Health - Sports Day )
Bank holiday in the US ( Columbus Day )
Holiday banks in Canada ( Thanksgiving Day )
07:10 pm : speech FOMC member Dennis Lockhart
09:30 pm : speech FOMC members Charles Evans


Tuesday, October 13, 2015 :
12:20 am : speech governor of the Bank of Canada (BoC ) Stephen Poloz
03:30 am : speech FOMC members Lael Brainard
06:50 am : the minutes of the meeting of Bank of Japan ( BoJ ) on 14-15 September 2015
07:30 am : Australian business confidence index NAB version in September 2015
Tentative time : China trade balance data in September 2015
01:00 pm : Data Consumer Price Index ( CPI ) Germany in September 2015 ( Final )
02:15 pm : Data Producer Price Index ( PPI ) Swiss month of September 2015
03:30 pm : UK CPI and PPI in September 2015
04:00 pm : index German ZEW Economic Sentiment and the Euro area in October 2015

Wednesday, October 14, 2015 :
01:00 am : The US government budget in September 2015
06:30 am : Australian consumer confidence index Westpac version in October 2015
08:30 am : CPI and PPI China in September 2015
03:30 pm : The average wage index in the United Kingdom in August 2015 ( 3m / y )
03:30 pm : UK Jobless Claims Data in September 2015
03:30 pm : Data UK unemployment rate in August 2015
04:00 pm : Data Industrial Production Euro area in August 2015
07:30 pm : US Retail Sales Data in September 2015
07:30 pm : PPI data the US in September 2015

Thursday, October 15, 2015 :
04:30 am : Business NZ Manufacturing Index New Zealand in September 2015
07:00 am : Data of inflation expectations Australia in October 2015
07:30 am : Data Employment Change and Australia's unemployment rate in September 2015
07:30 pm : The US CPI data in September 2015
07:30 pm : US Jobless Claims Data per October 10, 2015
09:00 pm : Philly Fed Manufacturing Index US in October 2015
09:30 pm : speech FOMC member William Dudley

Friday , October 16, 2015 :
04:00 pm : Euro area CPI in September 2015 ( Final )
04:00 pm : Euro area trade balance data in August 2015
07:30 pm : Data Manufacturing Sales Canada in August 2015
08:15 pm : Data US Industrial Production in September 2015
09:00 pm : US consumer confidence index version of the University of Michigan ( UoM ) in October 2015 (preliminary )
09:00 pm : Data Job Openings and Labor Turnover Summary ( jolts ) US in August 2015 .



Minggu, 11 Oktober 2015

Technical Analiss for Forex, Oktober 12-16, 2015

Analisa teknikal mingguan berikut ini dibuat berdasarkan harga penutupan pasar hingga akhir minggu lalu (9 Oktober 2015), dan dimaksudkan sebagai acuan untuk trading jangka menengah dan panjang.

EUR/USD




Chart daily : masih cenderung bullish: 
1. Pola segitiga break ke atas, dan harga bergerak diatas kurva simple moving average (sma) 200 day dan kurva support sma 50.
2. Kurva indikator MACD memotong kurva sinyal (warna merah) dari arah bawah dan bergerak diatasnya, serta garis histogram OSMA bergerak diatas level 0.00, menunjukkan sentimen bullish.
3. Kurva indikator RSI bergerak diatas level 50.0.
4. Garis histogram indikator ADX berwarna hijau yang menunjukkan dominan bullish.

Level pivot mingguan : 1.1305
Resistance : 1.1383 ; 1.1435 ; 1.1533 ; 1.1620 ; 1.1753 ; 1.1810 (level 38.2% Fibonacci retracement-2) ; 1.1875 ; 1.2000 ; 1.2132 (50% Fibonacci retracement-1) ; 1.2224 (50% Fibonacci retracement-2).
Support : 1.1295 (level 23.6% Fibonacci retracement-2) ; 1.1208 (61.8% Fibonacci retracement-1) ; 1.1133 ; 1.1097 ; 1.1048 ;1.1000 ; 1.0925 ; 1.0860 ; 1.0818 (level terendah 27 Mei 2015) : 1.0760 ; 1.0680 ; 1.0600 ; 1.0550 ; 1.0500.

Indikator: simple moving average (sma) 200 dan 50 ; Bollinger Bands (20,2) ; RSI (14) ; MACD (12,26,9) ; OSMA ; ADX (14).
Level-level penting EUR/USD 1.2000 ; 1.1875 : 1.1753 : 1.1700 ; 1.1620 ; 1.1540 ; 1.1500 ; 1.1460 ; 1.1373 ; 1.1313 ; 1.1290 ; 1.1200 ; 1.1113 : 1.1050 ; 1.1000 ; 1.0910 ; 1.0860 ; 1.0760 : 1.0500 ; 1.0208 ; 1.0170.
Fibonacci retracement (1):
Titik swing low  : 0.8225 (harga terendah 26 Oktober 2000) 
Titik swing high : 1.6037 (harga tertinggi 15 Juli 2008)
Fibonacci retracement (2):
Titik swing high : 1.3992 (harga tertinggi 8 Mei 2015)
Titik swing low  : 1.0461 (harga terendah 13 Maret 2015) 
Fibonacci fan :
Titik swing high: 1.3410 (harga tertinggi  15 Agustus 2014) 
Titik swing low : 1.2499 (harga terendah 3 Oktober 2014)

Data dan peristiwa penting minggu ini adalah CPI AS, Retail Sales AS, indeks ZEW Jerman dan Eurozone, pidato para anggota FOMC, indeks UoM AS, Jobless Claims AS dan JOLTS AS.

GBP/USD





Chart daily : masih cenderung bullish:
1. Terjadi divergensi bullish indikator RSI.
2. Kurva indikator MACD memotong kurva sinyal (warna merah) dari arah bawah dan bergerak diatasnya, serta garis histogram OSMA bergerak diatas level 0.00, menunjukkan sentimen bullish.
3. Titik indikator Parabolic SAR (parabolic Stop And Reverse) berada dibawah harga, menunjukkan pergerakan masih cenderung bullish.
4. Garis histogram indikator ADX berwarna hijau yang menunjukkan dominan bullish. 

Level pivot mingguan : 1.5277
Resistance : 1.5363 ; 1.5416 ; 1.5483 ; 1.5550 ; 1.5605 ; 1.5650 ; 1.5720 ; 1.5800 ; 1.5879 (level 50% Fibonacci retracement) ; 1.5928 (level tertinggi 18 Juni 2015) ; 1.6000 ; 1.6080 ; 1.6195 (level 61.8% Fibonacci retracement) ; 1.6280.
Support : 1.5290 ; 1.5200 (level 23.6% Fibonacci retracement) ; 1.5114 ; 1.5000 ; 1.4890 ; 1.4800 (level 50% Fibonacci expansion) ; 1.4700 ; 1.4629 (level 61.8% Fibonacci expansion) ; 1.4585 ; 1.4413 (level 76.4% Fibonacci expansion).

Indikator: simple moving average (sma) 200 dan 50 ; Bollinger Bands (20,2) ; Parabolic SAR (0.02, 0.2) ; RSI (14) ; MACD (12,26,9) ; OSMA ; ADX (14).
Level-level penting GBP/USD : 1.6000 ; 1.5909 ; 1.5746 ; 1.5620 ; 1.5550 ; 1.5416 ; 1.5290 ; 1.5114 : 1.5000 ; 1.4811 ; 1.4752 ; 1.4562. 
Fibonacci retracement :
Titik swing high : 1.7189 (harga tertinggi 15 Juli 2014)
Titik swing low  : 1.4569 (harga terendah 13 April 2015)
Fibonacci expansion :
Titik 1 : 1.6523 (harga tertinggi 19 September 2014)
Titik 2 : 1.5033 (harga terendah  8 Januari 2015)
Titik 3 : 1.5551 (harga tertinggi 26 Pebruari 2015)
Fibonacci fan :
Titik swing high : 1.7189 (harga tertinggi 15 Juli 2014)  
Titik swing low  : 1.6050 (harga terendah 10 September 2014)

Data dan peristiwa penting minggu ini adalah CPI AS, CPI Inggris, Jobless Claims Inggris, tingkat pengangguran dan indeks upah rata-rata di Inggris, Retail Sales AS, pidato para anggota FOMC, indeks UoM AS, Jobless Claims AS dan JOLTS AS.

USD/JPY





Chart daily : bergerak choppy di sekitar level psikologis 120.00 dengan kecenderungan bearish:
1. Harga bergerak dibawah kurva simple moving average (sma) 200 day.
2. Titik indikator Parabolic SAR (parabolic Stop And Reverse) masih berada diatas harga, menunjukkan pergerakan masih cenderung bearish.
3. Kurva indikator RSI bergerak dibawah level 50.0.
4. Garis histogram indikator ADX berwarna merah yang menunjukkan dominan bearish.

Level pivot mingguan : 120.14
Resistance : 120.50 ; 121.19 ; 121.85 (level 38.2% Fibonacci expansion) ; 122.45 (level terendah 10 Juni 2015) ; 123.00 ; 123.50 ; 123.87 (level 50% Fibonacci expansion) ; 124.43 ; 125.00 ; 125.84 (level 61.8% Fibonacci expansion) ; 126.50 ; 127.17.
Support : 120.00 ; 119.45 ; 118.90 ; 118.50 ; 117.85 ; 117.43 ; 116.82 ; 116.16 ; 115.50 ; 114.65 ; 113.68.

Indikator: simple moving average (sma) 200 dan 50 ; Parabolic SAR (0.02, 0.2) ; RSI (14) ; ADX (14).
Level-level penting USD/JPY : 125.00 ; 124.16 ; 123.00 ; 122.19 ; 121.39 ; 120.75 : 120.00 ; 118.90 ; 117.94 ; 117.20 ; 116.82 ;115.50 ; 114.65 ; 113.68 ; 113.17 ; 112.50. 
Fibonacci expansion :
Titik 1 : 105.19 (harga terendah  15 Oktober 2014)
Titik 2 : 121.83 (harga tertinggi   8 Desember 2014)
Titik 3 : 115.55 (harga terendah 16 Desember 2014)

Data dan peristiwa penting minggu ini adalah CPI AS, Retail Sales AS, pidato para anggota FOMC, indeks UoM AS, indeks Philly Fed AS, PPI AS, Jobless Claims AS dan JOLTS AS.

AUD/USD





Chart daily : masih cenderung bullish:
1. Terbentuk bullish candle 8 hari berturut-turut, menunjukkan sentimen bullish yang kuat.
2. Harga bergerak diatas kurva support simple moving average (sma) 50 dan titik indikator Parabolic SAR (parabolic Stop And Reverse) berada dibawah harga, menunjukkan pergerakan masih cenderung bullish.
3. Kurva indikator MACD masih bergerak diatas kurva sinyal (warna merah) dan garis histogram OSMA juga masih bergerak diatas level 0.00, menunjukkan sentimen bullish.
4. Garis histogram indikator ADX berwarna hijau yang menunjukkan dominan bullish.

Level pivot mingguan : 0.7239
Resistance : 0.7340 ; 0.7392 ; 0.7449 (level 61.8% Fibonacci expansion) ; 0.7492 ; 0.7532 ; 0.7609 (level 50% Fibonacci expansion) ; 0.7657 (level tertinggi 2 Juli 2015) ; 0.7700 ; 0.7770 (38.2% Fibonacci expansion) ; 0.7850 ; 0.7904 ; 0.8000(berimpit dengan level 23.6% Fibonacci retracement). 
Support : 0.7250 (level 76.4% Fibonacci expansion) ; 0.7205 ; 0.7156 ; 0.7110 ; 0.7012 ; 0.6927 (level 100% Fibonacci expansion) ; 0.6843 ; 0.6770 ; 0.6700 ; 0.6650 ; 0.6600 (berimpit dengan level 123.6% Fibonacci retracement).

Indikator: simple moving average (sma) 200 dan 50 ; Bollinger Bands (20,2) ; Parabolic SAR (0.02, 0.2) ; MACD (12,26,9) ; OSMA ; ADX (14).
Level-level penting AUD/USD : 0.8313 ; 0.8210 ; 0.8150 ; 0.8080 ; 0.8000 ; 0.7978 ; 7904 ; 0.7790 ; 0.7700 ; 0.7600 ; 0.7403 ; 0.7283. 
Fibonacci retracement :
Titik swing high : 0.9504 (harga tertinggi 1 Juli 2014)
Titik swing low  : 0.7532 (harga terendah 2 April 2015)
Fibonacci expansion :
Titik 1 : 0.9400 (harga tertinggi 5 September 2014)
Titik 2 : 0.8034 (harga terendah 5 Januari 2015)
Titik 3 : 0.8293 (harga tertinggi 15 Januari 2015)
Fibonacci fan : 
Titik swing high: 0.9400 (harga tertinggi 5 September 2014)
Titik swing low : 0.7625 (harga terendah 3 Pebruari 2015)

Data dan peristiwa penting minggu ini adalah CPI AS, Retail Sales AS, Employment Change dan tingkat pengangguran Australia, CPI China, pidato para anggota FOMC, indeks UoM AS, Jobless Claims AS dan JOLTS AS.

Selasa, 06 Oktober 2015

Harga Emas Lesu Menanti Notulen Rapat The Fed

Sejak kemarin emas hanya bergerak mendatar di bawah level tertingginya selama seminggu, setelah sebelumnya melonjak akibat laporan NFP AS. Lesunya pergerakan harga emas hari ini (06/10), dipengaruhi oleh bursa di China yang masih libur dan aksi "wait and see" para investor menanti notulen rapat the Fed September lalu yang akan dirilis pekan ini.

Kontrak berjangka emas pengiriman Desember di bursa Comex hanya sedikit terkikis 0.17 persen menjadi 1,135.70 per troy ons. Semalam tadi emas sudah melemah di tengah relatif datarnya pergerakan Dolar AS akibat serangan dari rilis data ekonomi yang mengecewakan. Sebelumnya emas telah meraih kenaikan tajam saat data ketenagakerjaan AS dirilis rendah secara tak terduga, yang mengendurkan kemungkinan kenaikan suku bunga AS pada bulan Oktober ini.

Indikator Ekonomi AS Yang Mengecewakan

Institute of Supply Management (ISM) melaporkan PMI nonmanufaktur AS melemah menjadi 56.9 di bulan September dari level 59.0 bulan sebelumnya. Angka tersebut juga di bawah perkiraan konsensus 58.0. Pelemahanan tersebut mengakhiri kenaikan dua bulan berturut-turut oleh lemahnya aktivitas bisnis dan pesanan baru. Juli lalu, indeks nonmanufaktur AS mencapai level 59.6 tertinggi sejak 18 tahun silam.
Sektor jasa di Amerika Serikat juga lesu yang ditunjukkan oleh rilis data Services PMI yang turun menuju 55.1 lebih rendah dari ekspektasi 55.8. Dalam laporan tersebut muncul tanda-tanda melemahnya pertumbuhan pesanan baru dan produksi secara keseluruhan. Sebagai tambahan, angka belanja harian orang-orang Amerika hampir tak berubah jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya menurut laporan Gallup's US Consumer Spending Measure. Selama bulan lalu, rerata belanja konsumen hanya 88 Dolar AS per hari masih lebih rendah dari USD 89 bulan Agustus.
Laporan-laporan yang mengecewakan tersebut menyurutkan optimisme akan kenaikan suku bunga the Fed yang mungkin terjadi beberapa bulan ke depan. Sesuai dengan hasil pertemuan FOMC September lalu, pimpinan the Fed Janet Yellen melontarkan indikasi kuat bahwa Bank Sentral AS akan meningkatkan suku bunganya akhir tahun ini hanya jika ekonomi dan tenaga kerja terus menunjukkan pertumbuhan. Namun nyatanya rilis data Jumat lalu memperlihatkan sebaliknya. Kenaikan suku bunga AS dipandang sebagai salah satu pengaruh melemahnya emas, yang akan kesulitan bersaing dengan aset lain yang memberikan bunga.



Rabu, 30 September 2015

Review Market 30 September 2015

Kembali memasuki akhir bulan, saya tampilkan review yang lengkap versi member supaya para pembaca bisa mendapatkan gambaran review versi member dengan non member. Semoga berkenan.


REVIEW SAHAM

ADHI (Closing 2250   +0.2%)

ADHI berkonsolidasi. Indikator mengindikasikan penguatan. Indikasi overbought terlihat di Stochastic. Signal jangka panjang masih menjurus ke penguatan. Untuk sementara saya condong mempertahankan support 2130 dan resistance 2350. Untuk sementara bisa gunakan kedua level tersebut sebagai panduan transaksi.

ADRO (Closing 535   0%)

ADRO berkonsolidasi. Indikator mengindikasikan pelemahan. Signal jangka pendek masih menjurus ke pelemahan. Untuk sementara saya masi mempertahankan support 500 dan resistance 550. Untuk sementara saya condong dengan view pelemahan, jadi hati hatibila ADRO gagal menembus resistance 550.

ASII (Closing 5225  -1.4%)

ASII ditutup melemah. Indikator saat ini mix. Indikasi oversold terlihat di Stochastic dan berpotensi membentuk signal penguatan. Tekanan jual masih terlihat. Masih ada potensi ASII menguji support psikologis 5000. Signal oversold akan membatasi pelemahan ASII, namun masih sulit bagi ASII untuk menguat. Jadi bagi yang ingin entry lebih baik trading jangka pendek. Resistance sementara di 5475. 


ASRI (Closing 316   0%)

ASRI berkonsolidasi. Indikator signalnya mix. Indikasi oversold terlihat di Stochastic. Support sementara di area 300 dan resistance di 330. Bagi yang ingin entry tetap berhati hati.

BBRI (Closing 8650  +3.6%)

BBRI ditutup menguat. Indikator berpotensi membentuk signal penguatan. Indikasi oversold terlihat di Stochastic. Signal penguatan jangka pendek masih cukup bagus. Resistance sementara ada di area 8750. Penembusan level ini berpotensi membawa BBRI menguat ke area 9250-9300. Support akan saya pertahankan di 8000.

BBCA (Closing 12275  +3.2%)

BBCA ditutup menguat. Indikator mengindikasikan penguatan. BBCA menembus resistance 12000 dan berpotensi menguji resistance 12600. Resistance ini seharusnya cukup kuat, jadi bisa dipantau apakah resistance ini mampu ditembus atau tidak. Support sementara di area 11700.

BBNI (Closing 4135   +1.6%)

BBNI ditutup menguat. Indikator berpotensi membentuk signal penguatan. Indikasi oversold terlihat di Stochastic. Signal jangka pendek saat ini menjurus ke penguatan. Masih ada potensi BBNI untuk menguat. Resistance kuat ada di kisaran 4400 dan resistance kecil di 4150. Support akan saya pertahankan di 3700.

BMRI (Closing 7925   +1.9%)

BMRI ditutup menguat. Indikator mengindikasikan penguatan. Masih ada potensi BMRI untuk menguat dan menguji resistance 8150. Support sementara akan saya pertahankan di 7000. Untuk sementara bisa dipantau apakah resistance ini mampu ditembus atau tidak.

CPIN (Closing 2000  +4.7%)

CPIN ditutup menguat. Indikator berpotensi membentuk signal penguatan. CPIN menguji resistance 2000. Signal jangka pendek mulai menjurus ke penguatan. Support akan saya pertahankan di 1700 dan resistance di 2000. Untuk sementara bisa dipantau apakah resistance ini mampu ditembus atau tidak.

GGRM (Closing 42000   -1.8%)

GGRM ditutup melemah. Indikator membentuk signal penguatan. Saat ini support akan saya pertahankan di 40000 dan resistance di 45000. Untuk sementara bisa gunakan kedua level tersebut sebagai panduan transaksi.

ICBP (Closing 12400  +0.8%)


ICBP dibuka melemah menyentuh area 11900, lalu kembali menguat dituutp di 12400. Indikator mengindikasikan penguatan. Untuk sementara saya akan mempertahankan support 10900 dan resistance di 12700. Untuk sementara bisa gunakan level tersebut sebagai panduan transaksi.

INDF (Closing 5500  +1.9%)

INDF ditutup menguat. Indikator mengindikasikan penguatan. INDF menguji resistance 5500. Signal jangka pendek masih menjurus ke penguatan. Penembusan level 5500 berpotensi membawa INDF menguat ke area 6200. Jadi bisa pertimbangkan untuk entry bila resistance ini ditembus. Support sementara akan saya pertahankan di 5000.

INTP (Closing 16450  +0.9%)

INTP ditutup menguat. Indikator berpotensi membentuk signal penguatan. Indikasi oversold terlihat di Stochastic. Aksi beli mulai terlihat. Indikator jangka pendek sendiri masih kurang solid, namun menurut saya ada potensi saham ini untuk menguat. Resistance akan saya pertahankan di 18000. Support di 15500. Untuk aggressive entry bisa pertimbangkan level 16200.

JSMR (Closing 4825   0%)

JSMR berkonsolidasi. Indikator mengindikasikan pelemahan. Indikasi oversold terlihat di Stochastic. Signal jangka pendek masih menjurus ke pelemahan. Tekanan jual juga masih terlihat, meskipun kurang solid. Saat ini saya akan mempertahankan support di 4400 dan resistance di 5000.

KLBF (Closing 1375   -1.4%)

KLBF ditutup melemah. Indikator membentuk signal penguatan. Signal jangka pendek masih menjurus ke penguatan. Resistance akan saya pertahankan di 1450 dan support di 1250. Untuk sementara bisa gunakan kedua level tersebut sebagai panduan transaksi.

LSIP (Closing 1385   -2.1%)

LSIP dibuka menguat menguji resistance 1450, lalu kembali melemah ditutup di 1385. Indikator membentuk signal pelemahan. Indikasi overbought masih terlihat. Signal profit taking terlihat. Ada potensi LSIP untuk melanjutkan pelemahannya. Support sementara ada di area 1200. Bagi yang ingin entry tetap kontrol resiko.

PGAS (Closing 2530   -5.9%)

PGAS ditutup melemah. Indikator mengindikasikan pelemahan. PGAS berpotensi terus melemah dan menguji support 2470. Saat ini belum terlihat ada aksi beli yang kuat, jadi bagi yang ingin entry lebih baik dicicil. Resistance sementara di 3000.

PTBA (Closing 5625   +0.4%)

PTBA berkonsolidasi. Indikator mengindikasiakn penguatan. Aksi beli masih terlihat. Ada potensi PTBA untuk melanjutkan penguatannya. Support sementara masih saya pertahankan di 5500 dan resistance di 6500. Untuk sementara bisa gunakan kedua level tersebut sebagai panduan transaksi.

PTPP (Closing 3465   -0.3%)

PTPP berkonsolidasi. Indikator berpotensi membentuk signal penguatan. Belum terlihat ada signal yang solid. Untuk sementara support akan saya pertahankan di 3300 dan resistance di 3570. Untuk sementara bisa gunakan kedua level tersebut sebagia panduan transaksi.

SMGR (Closing 9050  -0.5%)

SMGR berkonsolidasi. Indikator mengindikasikan pelemahan. Signal pelemahan masih cukup solid. Resistance masih saya pertahankan di 9400 dan support akan saya gunakan di 8500. Bagi yang ingin entry tetap terapkan kontrol resiko.

SMRA (Closing 1120  -0.9%)

SMRA ditutup melemah. Indikator membuka potensi penguatan. Indikasi oversold terlihat di Stochastic. Signal jangka pendek masih cukup bagus. Masih ada potensi SMRA untuk menguat dan menguji resistance 1250. Support masih akan saya pertahankan di 1000. Untuk sementara bisa gunakan kedua level tersebut sebagai panduan transaksi.

TLKM (Closing 2645   +1.5)

TLKM ditutup menguat. Indikator berpotensi membentuk signal penguatan. Indikasi oversold terlihat di Stocahstic. Signal penguatan cukup bagus. Ada potensi TLKM untuk menguat dan menguji resistance 2700. Penguatan sendiri kemungkinan hanya sebatas teknikal rebound, Jadi bisa perhatikan apakah resistance ini mampu ditembus atau tidak. Support akan saya gunakan support psikologis di 2500.

UNTR (Closing 17475  +3.4%)

UNTR ditutup menguat. Indikator berpotensi membentuk signal penguatan. Resistance sementara di area 18000. Masih ada kemungkinan penguatan ini hanya sebatas teknikal rebound. Jadi bisa dipantau apakah level ini mampu ditembus atau tidak. Support akan saya pertahankan di support psikologis 15000.

UNVR (Closing 38000   +0%)

UNVR berkonsolidasi ditutup di 38000. Indikator mengindikasikan penguatan. Tekanan jual hari ini kembali membesar. Resistance masih saya pertahankan di 39000 dan support di 35000. Untuk sementara bisa gunakan kedua level tersebut sebagai panduan transaksi.

WIKA (Closing 2590   0%)

WIKA berkonsolidasi. Indikator signalnya mix. Belum terlihat ada signal yang solid. Saya akan mempertahankan support 2450 dan resistance 2770. Untuk sementara bisa gunakan kedua level tersebut sebagai panduan transaksi.


Hari ini IHSG menguat ditutup di 4223 (+1.1%)



IHSG kembali menguat dan berpotensi menguji resistance 4240-4270. Signal jangka pendek masih menjurus ke penguatan, namun ada potensi penguatan ini masih sebatas teknikal rebound. Support akan saya pertahankan di 4000. Untuk sementara bisa dipantau apakah IHSG mampu menembus resistance ini atau tidak.

Saham saham perbankan hari ini memunculkan signal beli yang cukup kuat. Namun sejauh ini baru BBCA yang mampu menembus resistance. Selain saham perbankan, saham INDF dan ICBP juga mempunyai signal beli yang kuat, namun masih belum menembus resistancenya. Bila resistance mampu ditembus, signal beli akan cukup bagus. Jadi bisa dipantau untuk potensi entry. Saham INTP hari ini mulai terlihat ada aksi beli. Mulai muncul sedikit indikasi penguatan dari Stochastic. Bila tidak membentuk new low akan menjadi potensi entry. Demikian juga saham PTBA yang selama 3 hari ini terus memunculkan signal beli. Menurut saya cukup layak untuk dipantau.

Dolar AS Perkasa Jelang Pidato Ketua Dan Wakil The Fed AS

Dolar AS berperforma cukup mantap di hari Rabu (30/09) sore ini menjelang laporan Nonfarm Payroll (NFP) AS untuk bulan September yang akan diumumkan Jumat malam mendatang.


Pasar juga masih menantikan pidato Ketua The Fed, Janet Yellen, di St. Louis malam nanti di hadapan komunitas penelitian perbankan dan konferensi kebijakan. Petunjuk tambahan juga ditawarkan oleh wakilnya, Stanley Fischer, yang juga akan menyampaikan pidato di hari yang sama dalam kesempatan dan acara yang berbeda, tepatnya di acara yang digelar oleh US apex bank di Boston.

Dolar Ungguli Yen Dan Euro

Dolar AS memetik perolehan terhadap Yen sore ini di tengah ekuitas pasar global yang mulai menunjukkan stabilitas menyusul penurunan tajam beberapa waktu lalu. Setali tiga uang dengan Euro, yang juga mengambil langkah mundir menjelang laporan inflasi Zona Euro sore ini.

USD/JPY melompat 0.29 persen ke angka 120.08, lepas dari level rendah malam tadi di kisaran 119.68. Ekuitas pasar Asia melambung tadi malam, pulih dari kelesuan yang terjadi dalam sesi-sesi sebelumnya yang terjadi akibat menyebarnya kekhawatiran akan perlambatan pertumbuhan ekonomi China. Kendati output industri Jepang dilaporkan menurun, Yen hanya menunjukkan sedikit reaksi atas laporan tersebut.

Dolar AS juga mengungguli mata uang common currency, dimana EUR/USD harus turun 0.21 persen ke angka 1.1225. Data CPI Zona Euro cukup dinantikan oleh para investor dengan ekspektasi konsensus yang memperkirakan akan flat, setelah angka positif 0.1 persen pada bulan Agustus. Siang tadi, inflasi tahunan Jerman dilaporkan melambat ke kisaran nol pada bulan September, diikuti oleh CPI Spanyol yang juga turun 0.9 persen, penurunan terbesar dalam tujuh bulan terakhir.

Senin, 21 September 2015

Analisa Mingguan Mata Uang Rupiah 21 - 25 September 2015

Rekap Kurs Rupiah Minggu Lalu

Keputusan Federal Reserve AS pada rapat FOMC 16-17 September 2015 untuk mempertahankan suku bunganya pada level yang sama dengan sebelumnya, memperpanjang ketidakpastian di pasar. Kurs Rupiah pekan lalu sempat merespon dengan penguatan dari 14,450an ke 14,350an. Namun demikian, mundurnya proyeksi kenaikan suku bunga the Fed ke bulan Desember membuat penguatan ini bersifat sementara saja.
Dalam pengumumannya, otoritas moneter AS menegaskan bahwa mereka masih akan memantau inflasi AS dan kondisi ekonomi global lebih lanjut sebelum memutuskan untuk menaikkan suku bunga. Segera setelah pengumuman tersebut dirilis, Dolar AS anjlok terhadap sejumlah mata uang mayor. Namun demikian, bursa saham dan mata uang tak menunjukkan respon signifikan atas kabar tersebut, termasuk juga Rupiah.
Setidaknya ada lima faktor yang menyebabkan Rupiah tetap terdepresiasi meski the Fed tidak menaikkan suku bunganya:
  1. Meski kecil, tetapi masih ada kemungkinan suku bunga Fed akan dinaikkan dalam tahun ini, yaitu antara bulan Oktober atau Desember. 
  2. Belum ada perkembangan positif dari masalah perlambatan ekonomi China. Perkembangan pasar Asia dan negara berkembang saat ini masih kurang kondusif.
  3. Arus penarikan dana asing dari Indonesia dinilai sudah terlalu besar, dan masih terus berlanjut. Menurut laporan Bloomberg, investor asing telah menjual saham Indonesia senilai 991juta Dolar dalam kuartal ini saja, nyaris menjadi net outflow terbesar dalam dua tahun.
  4. Bank Indonesia memiliki ruang yang sangat sempit untuk bertindak di tengah dilema perlambatan ekonomi nasional dan depresiasi Rupiah, serta persediaan devisa menipis. Putusan Bank Indonesia pekan lalu untuk membiarkan suku bunga tetap pada 7.5 persen merupakan salah satu indikasinya.
  5. Sebagian besar utang luar negeri sektor publik Indonesia adalah utang jangka panjang. Namun, sekitar 25 persen dari utang luar negeri sektor swasta adalah pinjaman jangka pendek. Di saat yang sama, sejumlah perusahaan di Indonesia akan terancam default jika depresiasi Rupiah berlanjut, akibat eksposur yang tinggi dan tak di-hedging.
Di sisi lain, murahnya Rupiah dinilai sejumlah pihak sebagai "kesempatan investasi". Morgan Stanley pekan lalu mencatat Rupiah sebagai salah satu mata uang negara berkembang paling atraktif. Sebagaimana dikutip oleh Strait Times, Jens Nystedt dari Morgan Stanley Investment Management mengatakan, defisit current account yang lebih sempit telah menempatkan Indonesia dalam posisi yang lebih kuat untuk bertahan dari capital outflow. Apalagi, Indonesia juga dicalonkan untuk keluar dari daftar Fragile Five. Analisa Morgan Stanley ini menggarisbawahi kondisi Rupiah yang sudah kelewat undervalued dibanding fundamentalnya.
 Fundamental Minggu Ini
Setelah riuh-rendah pekan lalu akibat antisipasi rapat FOMC the Fed Amerika Serikat, pekan ini pasar diperkirakan akan diramaikan oleh koreksi dan spekulasi. Dari dalam negeri, baik BPS maupun BI tidak menjadwalkan rilis data penting. Namun dari luar negeri, berita-berita terkait ekonomi AS dan Asia akan mewarnai aktivitas di pasar finansial. Diantaranya adalah pidato ketua FOMC, Janet Yellen; pidato anggota FOMC, Dennis Lockhart; dan rilis angka PMI Manufaktur Caixin China.
Hingga saat ini, fokus pasar internasional masih pada ketidakpastian seputar kenaikan suku bunga the Fed dan gonjang-ganjing ekonomi global yang berkaitan erat dengan perlambatan ekonomi China. Di tingkat domestik, pelaku pasar juga terpengaruh oleh bias-bias yang ditimbulkan isu-isu tersebut.

Prediksi Rupiah Pekan Ini

Setelah ditutup pada 14,370 per Dolar AS pekan lalu, kurs Rupiah bergerak melemah pagi ini, dan kembali bergerak mendekati 14,500 saat analisa ini ditulis. Dari perspektif teknikal, dalam pekan ini Rupiah diprediksi akan bergerak diantara 14,295-14,541 per Dolar AS.
grafik rupiah terhadap dollar

Dilihat dari gambar chart diatas, nampak ada potensi terbentuknya pola inverted head and shoulder (dalam lingkaran). Apabila pola itu terbentuk sempurna dan harga bergerak menembus puncak harga pekan lalu di 14,490, maka kurs Rupiah berpotensi melemah hingga menyentuh 14,541 per Dolar AS dalam beberapa hari mendatang. Sebaliknya, bila bounce ke arah bawah dari 14,490, maka ada peluang untuk bergerak mendekati 14,295.