Rekap Kurs Rupiah Minggu Lalu
Diluar dugaan, kurs Rupiah
melejit terhadap Dolar AS pekan lalu, menguat sekitar 1,200 dalam beberapa hari
saja. Setelah dibuka pada 14,640 per Dolar AS di pasar uang (pemantauan
TradingView), kurs Rupiah ditutup pada 13,410 di akhir perdagangan hari Jumat.
Faktor-faktor pendukung penguatan Rupiah diantaranya adalah perkiraan akan batalnya
kenaikan suku bunga the Fed AS dalam tahun 2015 ini, serta peluncuran paket stimulus
ketiga dan masuknya kembali dana asing ke pasar modal di Indonesia.
Buruknya
laporan ketenagakerjaan AS pada 2 Oktober 2015 menjadi momentum yang
menandai pelemahan Dolar AS terhadap mata uang lain dan aset-aset finansial
global. Data tersebut seakan mengkonfirmasi keputusan bank sentral AS (the Fed)
yang mengecewakan pasar dengan tidak menaikkan suku bunganya di bulan September
lalu. Apalagi kemudian keluar kabar meningkatnya defisit neraca dagang serta hambarnya notulen rapat bank sentral dari negeri paman Sam itu. Karenanya,
para pelaku pasar dan analis kini memperkirakan the Fed tidak akan menaikkan
suku bunganya dalam tahun ini. Akibatnya, Dolar AS melemah terhadap hampir semua mata uang lain dalam sepekan lalu.
Kondisi tersebut memberikan
kesempatan bagi Rupiah dan mata uang-mata uang negara berkembang lain yang
telah kelewat undervalued dalam beberapa bulan terakhir untuk bangkit kembali
dan mulai menstabilisasikan diri. Turut menunjang penguatan Rupiah juga adalah
diluncurkannya paket stimulus ketiga pada hari Rabu.
Paket kebijakan ketiga
diumumkan setelah kedua paket sebelumnya kurang direspon pasar. Paket kebijakan
terbaru ini diantaranya berisi pelonggaran aturan bagi bank-bank dalam
memproses valas hasil ekspor, mempermudah perizinan bisnis, memangkas suku
bunga pinjaman dan mempermudah prosedur untuk mendapatkan pinjaman, serta
mengurangi tarif listrik untuk industri dan harga BBM. Kebijakan-kebijakan
tersebut diharapkan dapat mengurangi tekanan pada perusahaan-perusahaan di
tengah perlambatan ekonomi dan pelemahan Rupiah, sehingga dinilai dapat lebih
berpengaruh secara riil dalam waktu dekat ketimbang kedua paket sebelumnya.
Program-program
dalam paket stimulus itu meningkatkan daya tarik saham di sektor-sektor
tertentu, seperti manufaktur. Perlu dicatat bahwa menurut indeks PMI
Manufaktur Markit/Nikkei, sektor manufaktur Indonesia telah tertekan dalam
setahun terakhir akibat meningkatnya cost gara-gara inflasi harga input
dan depresiasi Rupiah. Kebijakan terbaru dalam paket stimulus III
dan menguatnya Rupiah memungkinkan penurunan biaya produksi, sehingga
mengurangi tekanan bagi sektor vital ini. Di sisi lain, harga-harga saham
Indonesia sebelumnya telah menurun drastis, sehingga bisa dinilai murah oleh sebagian
kalangan. Situasi ini menjadi menarik bagi investor untuk kembali ke bursa
Indonesia.
Fundamental
Minggu Ini
Awal pekan ini, kurs
Rupiah dibuka pada 13,410 per Dolar AS di pasar uang (pemantauan TradingView)
dengan kecenderungan netral. Saat ini Rupiah berada di posisi
terkuat terhadap Dolar dalam lebih dari dua bulan. Pekan
ini nilai tukar diperkirakan masih berupaya untuk mencapai level keseimbangan
baru.
Dalam perspektif tersebut,
maka Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang dijadwalkan akan dilaksanakan
tanggal 15 Oktober besok akan mendapat perhatian khusus. Sebagaimana diketahui,
RDG BI secara rutin membahas pandangan-pandangan BI mengenai kondisi
makroekonomi Indonesia serta memutuskan tingkat suku bunga acuan (BI rate).
Penguatan Rupiah memberikan kesempatan bagi BI untuk memangkas suku bunga dan
mengurangi tekanan pada laju pertumbuhan Indonesia. Namun demikian, BI bisa
saja menahan suku bunga pada level 7.5 persen sembari memantau perkembangan
ekonomi dunia.
Sementara itu, Amerika
Serikat tengah liburan hari Columbus hari ini, tetapi dalam empat hari
berikutnya dijadwalkan akan mengesahkan anggaran belanja pemerintah, dan
merilis sederetan data penting termasuk data penjualan ritel dan inflasi.
Inflasi merupakan bahan pertimbangan lain bagi the Fed dalam memutuskan tingkat
suku bunganya, disamping kondisi ketenagakerjaan dalam negerinya. Sedangkan
data penjualan ritel mengindikasikan gairah ekonomi domestik. Apabila kedua
laporan itu mengecewakan, maka Dolar bisa sungguh-sungguh tertekan.
Prediksi
Rupiah Pekan Ini
Saat ini, Rupiah sudah lepas
dari wilayah undervalued dan malah mulai memasuki kondisi overvalued. Bisa
dilihat dari chart dibawah ini, MACD pada pair USD/IDR nampak oversold. Namun
demikian, posisi pair belum oversold sempurna, sehingga mengindikasikan
kemungkinan Rupiah untuk melanjutkan penguatan pada pekan ini.
Jika volatilitas menurun,
maka Rupiah berpeluang untuk konsolidasi di kisaran 13,270-13,848 per Dolar AS. Namun bila
volatilitas tetap tinggi, maka sulit disebutkan kemana mata uang berlambang
Garuda ini akan bergerak. Apabila support pada 13,270 ditembus, maka bukan
tidak mungkin akan mengarah ke 13,000an. Sebaliknya, jika 13,848 yang jebol,
maka kurs bisa berbalik ke 14,000an.

Tidak ada komentar :
Posting Komentar