Entri Populer

Selasa, 23 Juni 2015

Economic & Debt Market Daily Report of June 23, 2015

•Pertumbuhan Ekonomi 2016 disepakati sebesar 5,5-6%. Pemerintah bersama Komisi XI DPR RI dan Bank Indonesia (BI) menyepakati asumsi pertumbuhan ekonomi tahun depan di kisaran 5,5-6%.
•Gubernur Bank Indonesia (BI) mengatakan nilai tukar rupiah masih akan sulit menguat dalam waktu dekat apabila tidak ada upaya untuk melakukan reformasi struktural secara konsisten dan berkesinambungan.
•Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 22 Juni 2015 kembali melanjutkan tren penurunan. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 3 - 13 bps dibandingkan dengan tingkat imbal hasil pada penutupan sebelumnya, dimana penurunan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada SuratUtang Negara bertenor 5 - 20 tahun. 
•Sementara itu volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp9,01 triliun, relatif tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan volume perdagangan di akhir pekan. Adapun Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin berjumlah 37 seri, dimana volume perdagangan Surat Utang Negara seri acuan senilai Rp4,79 triliun. Obligasi Negara seri FR0070 kembali menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, yaitu senilai Rp2,18 triliun dari 45 kali transaksi dengan harga rata - rata pada level 100,13% dengan tingkat imbal hasil sebesar 8,355. Sementara itu volume perdagangan obligasi yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp928,4 miliar dari 32 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Toyota Astra Financial Services Tahap II Tahun 2015 Seri A (TAFS01ACN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar yaitu senilai Rp334 miliar dari 16 kali transaksi dengan harga rata - rata pada level 100,01% dengan tingkat imbal hasil sebesar 8,48%.
•Pada perdagangan kemarin, harga Surat Utang Negara di pasar sekunder masih melanjutkan tren kenaikan, dimana kenaikan harga yang terjadi berkisar antara 7 - 85 bps dengan rata - rata kenaikan sebesar 50 bps, dimana Surat Utang Negara bertenor panjang mengalami kenaikan yang lebih besar dibandingkan dengan yang didapati pada tenor pendek. Kenaikan harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin masih didorong oleh keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika yang masih mempertahankan tingkat suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR) pada level terendahnya serta revisi turun terhadap target pertumbuhan ekonomi Amerika.
•Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup menguat sebesar 25 pts (0,19%) pada level 13306 per dollar Amerika. Sepanjang sesi perdaganga, rupiah diperdagangkan dengan kecenderungan mengalami penguatan terhadap dollar Amerika, pada kisaran 13278,50 - 13332,50 per dollar Amerika.
•Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga surat Utang Negara masih berpeluang untuk mengalami penguatan di tengah optimisme proses penyelesaian utang Yunani. Hanya saja pergerakan harga Surat Utang Negara di awal perdagangan masih akan terbatas, mengingat investor masih akan mencermati pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara yang akan dilakukan oleh pemerintah, dimana target penerbitan untuk lelang hari ini senilai Rp12 triliun. Arah pergerakan harga Surat Utang Negara akan turut dipengaruhi oleh hasil lelang tersebut.
•Rekomendasi : Cermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dengan menerapkan strategi tarding jangka pendek. Investor dapat melaukan strategi trading buy dengan memanfaatkan momentum kenaikan harga Surat Utang Negara. Namun demikian kami perkirakan kenaikan harga yang terjadi masih akan terbatas, sehingga investor kami sarankan untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking) apabila harga Surat Utang Negara kembali mengalami kenaikan.
•Investor asing menambah kepemilikan Surat Berharga Negara. Berdasarkan data kepemilikan Surat Berharga Negara yang dapat diperdagangkan per tanggal 19 Juni 2015, kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara mencapai Rp521,10 triliun, yang merupakan posisi tertinggi kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara sepanjang tahun 2015. Jumlah kepemilikan oleh investor asing tersebut setara dengan 38,93% dari total outstanding Surat Berharga Negara yang dapat diperdagangkan, yang nilainya sebesar Rp1338,43 triliun.
•PT Pemeringkat Efek Indonesia menetapkan peringkat "idAAA" terhadap peringkat PT Astra Sedaya Finance. Peringkat yang sama juga diberikan terhadap peringkat Obligasi yang diterbitkan oleh perseroan dengan jumlah nominal Rp5,67 triliun.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar